Bagian 14

2.2K 296 31
                                    

Warning!⚠
Konsentrasilah membaca part ini.
17+

****

Elka merasa mimpi-mimpinya semakin tidak beres. Entah untuk alasan apa, dia sudah mulai rutin memimpikan kenangan masa lalu. Elka tidak yakin, apakah itu mimpi atau bentuk kepingan ingatannya? Elka mengusap wajahnya yang tampak gelisah. Gadis itu memejamkan mata, bersandar di sandaran sofa.

"Sedang apa?" Suara berat itu membuat Elka tersentak, membuka matanya mendapati Desca berdiri menjulang di depannya. "Sepertinya ada yang mengganggumu." Laki-laki itu duduk di sampingnya.

"Sok tahu banget lo," jawab Elka mengelak.

"Itu karena memang aku tahu." Desca menyampingkan tubuhnya, menatap Elka intens. "Apa kamu sedang memikirkan sesuatu tentang masa lalumu?"

"Berhenti ngoceh hal aneh dan bikin otak gue tambah sakit!" dengus Elka setengah membentak. Desca menghela napas melihat itu. Kalau saja dia belum tahu kalau Elka ini keturunan Layern, mungkin sekarang kedua tangannya sudah mematahkan leher jenjang sialan itu. "Mending kita bahas soal kasus pembunuhan aja. By the way, di mana Ledrik?"

"Dia di dapur, sedang memasak. Apa yang ingin kau bahas soal kasus itu? Kau menemukan sesuatu?"

"Emangnya kalian belum?" Elka balik bertanya. "Gue pikir seharusnya kalian yang lebih cepat menemukan."

"Tidak akan mudah. Keberadaan kamu adalah untuk membantu kami menemukan manusia yang membantunya, barulah kami yang menangani sisanya."

"Ketika werewolf membuat perjanjian dengan manusia, apakah sesulit itu untuk ditemukan?"

Desca mengangguk. "Ya. Bukan hanya werewolf, kami pun demikian. Makanya, hal ini sangat berbahaya. Ketika bangsa vampir atau werewolf membuat perjanjian dengan manusia, secara tidak langsung mereka memutus hubungan dengan Lazaron. Sepatutnya disebut penghianat."

"Penghianat? Tapi, bagaimana dengan yang pergi tanpa membuat kekacaua?"

Desca menoleh, membalas tatapan penasaran Elka dengan wajah tenang. "Dulu memang ada satu dari bangsa vampir yang keluar dari Lazaron. Awalnya, ia hanya menunaikan tugas sebagai klan terkuat untuk melenyapkan mutan yang dibuat oleh para werewolf. Nyaris sama seperti tugasku saat ini. Lazaron selalu memberikan satu kebebasan bagi mereka yang berhasil menjalankan misi, kebebasan memilih permintaan yang akan dikabulkan sang Lord. Saat itu, setelah misi selesai, vampir itu menghadap Lord dan membuat sebuah permintaan."

"Permintaan apa?" tanya Elka semakin penasaran. Keduanya saling menatap lekat.

"Dia meminta untuk menarik diri dari Lazaron, kemudian membuat perjanjian darah dengan manusia. Tak tanggung-tanggung, perjanjian darah itu dimaksudkan untuk mengikat dua hati menjadi sepasang suami istri. Dia tidak peduli saat Lord mengatakan bahwa hidupnya akan sebatas manusia biasa, umurnya tidak akan sepanjang vampir biasanya, namun masih memiliki kekuatan. Hanya saja, dia tak bisa memiliki wewenang dalam Lazaron, dia pun tak punya kuasa menggunakan senjata khas kepunyaan dari tiap-tiap klan di Lazaron."

Desca mendesah. "Singkatnya, dia menjadi tidak sempurna."

Elka tertegun. Jantungnya memompa bertalu-talu, tubuhnya merinding seakan merespons terhadap cerita yang baru dipaparkan Desca barusan. "Lalu apa yang terjadi dengan pasangan itu sekarang?"

"Vampir itu tewas, dia meninggalkan suami dan seorang putri." Desca mengatakan itu sambil menatap Elka dengan senyum tipis. "Putri yang cantik dan pemberani. Kematiannya pun baru diketahui belakangan ini, aku dan Ledrik pun baru mengetahui bahwa dia mempunyai putri yang sangat cantik."

Elka mengerjapkan matanya saat melihat tangan Desca mulai terangkat dan menangkup sebelah wajahnya. Menggunakan tangan lainnya, Desca menyingkirkan anakan rambut yang menghalangi wajah cantik Elka. Untuk beberapa saat, Desca memerhatikan seluruh kesatuan yang ada di wajahnya sebelum berhenti pada satu titik. Desca menatap dalam iris kecokelatan milik Elka. Bergantian menatap netra itu, kemudian berpindah ke bibir.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang