Bagian 42

1.3K 278 113
                                    

Siapa yang kangen?

****

"Kita akan membagi tim menjadi dua. Hanya gue dan Annisa yang bisa berkomunikasi dengan baik menggunakan alat yang selama ini ...." Kalimat Sam terputus, pandangannya mengarah kepada Annisa kemudian kembali lagi kepada teman-temannya yang lain. Pemuda itu berdeham.

"Yang lo berdua sembunyikan dari kami?" seloroh Rimba yang kemudian mendecih.

"Bukan disembunyikan kok!" kata Annisa cepat.

Elka memutar bola matanya. "Ya ya, terserah. Alat apa pun itu. Lanjut Sam."

Lelaki itu berdeham singkat. "Untuk itu, tim akan dibagi jadi dua. Kita berpencar. Menyelamatkan Andra, Tomi dan Adira. Tim gue dan tim Annisa, selain itu hanya gue dan Annisa yang tahu keadaan di dalam sana."

Desca mengangguk. "Lantas, tunggu apa lagi? Ayo kita masuk."

"Tunggu dulu, kita harus memutuskan siapa tim Sam dan siapa tim Annisa."

Desca mengangkat sebelah alis. "Aku ikut kemana pun Elka berada."

Rimba mendecak. "Bisa nggak sih lo nggak usah nempel mulu? Kayak lintah tahu!" Desca meresponnya dengan tatapan datar.

"Lo berdua nggak usah mulai deh!" sentak Elka. Ia kembali menatap Sam. "Gimana dengan Kak Melody?"

"Kemungkinan besar dia sudah di dalam."

"Maksud kamu dia diculik seperti aku?" tanya Annisa yang kemudian diangguki Sam.

"Oke, gini, gue akan bareng Annisa—"

"Nggak. Jangan. Lo harus bareng gue," tegas Sam. Pemuda itu melemparkan tatapan kalem kepada Desca dan Rimba yang kompak melotot padanya. "Gue nggak butuh tebak-tebakan strategi di situasi genting nantinya. Situasi kita sekarang sudah lebih dari sulit untuk memikirkan strategi rumit."

Rimba mendecak.

"Gue dan Elka. Sisanya ikut Annisa."

"Apa?" Desca hendak memprotes, tetapi Ledrik buru-buru mencegahnya dengan berkata "setuju". Desca melotot jengkel.

Ledrik tersenyum kalem. "Di dunia manusia, sebagai tim, kita tidak boleh egois, Tuan."

Desca mendengus, enggan berkomentar lebih.

Sam menatap Annisa lembut, senyumnya ditarik sangat tipis. "Lo nggak perlu takut. Banyak yang ngelindungin lo."

Annisa mengangguk.

"Dengar, misi kali ini sangat rumit. Nggak ada kemanusiaan di dalamnya, untuk itu gue harap kita semua bisa berhati-hati."

"Sam," panggil Ledrik mengalihkan perhatiannya. "Sebelum kita memulai sesuatu, saya ingin bertanya. Sewaktu di perjalanan ke sini, kami melihat potret yang sangat besar, potret keluarga dan kamu termasuk di dalamnya. Soal ibumu, apakah kamu tahu banyak soal masa lalunya?"

Kening Sam berkerut. "Masa lalu?"

"Ya, aku ragu soal ayahmu. Apa benar kamu anak kandungnya?"

Wajah Sam berubah pasi. Pemuda itu mengerjap beberapa kali sebagai respon terkejutnya. "Bagaimana bisa Anda tahu?"

Ledrik malah berpaling menatap Desca. "Sepertinya dugaan kita benar, Tuan."

"Tunggu, tunggu, maksud kalian apa?" tanya Sam menuntut.

"Wanita itu ...." Suara Desca terdengar dalam. "Wanita yang membuat bangsa werewolf dulunya kacau balau, wanita yang dicintai lord terdahulu. Ternyata ... dia belum tewas."

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang