Bagian 4

2.4K 304 17
                                    

Warning!!!
Konsentrasilah dalam membaca part kali ini.

***

Sudah beberapa hari terlewatkan setelah kejadian datangnya dua makhluk aneh di kamar Elka. Vampir? Konyol! Elka berdecak saat lagi-lagi otaknya menolak fakta itu. Elka baru saja selesai membersihkan diri, gadis itu mengeringkan rambut dengan handuk kecil, menggosokkan handuk itu bergantian dengan kedua tangannya.

Berjalan santai menuju kasur, Elka duduk di ujung dengan tangan yang masih asik mengeringkan rambut panjangnya.

Terpaan angin malam membuatnya merinding. Elka membeku saat menyadari balkon kamarnya terbuka lebar. Gorden putih tipis itu melambai diterbangka angin, sementara melalui celah lebar dari balkon itu sinar rembulan terpantul indah hingga membuat kamar Elka bercahaya.

Detik berikutnya, semesta kembali membuat Elka tercengang. Seperti ada seseorang yang menekan tombol pause kehidupan.

Semuanya terhenti.

"Apa yang terjadi?!" pekik Elka berdiri dengan kasar.

Pergerakan gorden di balkonnya terhenti, bahkan tetap terangkat seperti ada yang menahannya, angin yang dari tadi berembus tak terasa lagi, Elka bahkan tak bisa mendengar suara jangkrik seperti biasa. Ada hal aneh yang Elka rasakan, entah apa.

"Pasti gue sudah gila!" Elka memekik lagi, meremas rambutnya frustasi. Gadis itu berlari ke arah balkon, berdiri di pinggirnya lalu melihat ke bawah.

Ini gila! Dia dapat melihat orang-orang yang sedang berjalan ikut terhenti, seperti robot yang dicopot baterainya. Elka semakin gusar, ketakutan melanda dirinya. Apa kesehatan mentalnya benar-benar terganggu?

"Hei, pelayan!"

Refleks Elka memekik saat merasakan tepukan pelan di bahunya. Elka nyaris terjungkai ke belakang, kalau saja tak berpegangan pada pembatas balkon. Gadis itu menatap horor pada dua orang yang entah sejak kapan berada di sampingnya itu.

Saat merasa embusan angin kembali menerpa wajahnya, Elka baru menyadari bahwa semuanya telah kembali seperti semula.

"Selamat malam, Nona." Ledrik kembali bersuara setelah menenangkan Desca yang kesal dengan respons Elka tadi. "Kami kembali datang untuk menanyakan kesediaaan, Nona."

Elka menelan ludah. Jujur, dia menjadi agak takut. Kejadian tadi tentu berhubungan dengan dua orang ini, dia yakin.

"T-tadi ... tadi, lo—kalian, m-maksud gue."

"Saya mengerti maksud, Nona." Ledrik memotong kalimatnya dengan tenang dan tarikan kecil di kedua sudut bibirnya. "Kami tak menggunakan portal untuk ke sini, makanya dalam waktu beberapa detik kehidupan terhenti. Saat pertemuan pertama kita, saya dan Tuan menggunakan portal sehingga tidak terjadi apa-apa."

Portal. Ah, Elka langsung teringat dengan pusaran hitam yang mirip dengan lubang memyeramkan itu.

"Jadi ... j-jadi yang tadi itu." Elka menelan ludah. "Kehidupan benar-benar terhenti sejenak?"

"Mengapa kau harus sekaget itu?" Desca mendengus. "Bahkan di Lazaron, kau bisa—"

"Maaf, Tuan." Ledrik memotong dengan sopan, namun Desca tetap melotot tak suka. "Sebaiknya Anda tidak membuat Nona semakin bingung."

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang