Bagian 12

2K 281 19
                                    

Seorang gadis kecil sedang memainkan sebuah boneka berambut pirang yang dikepang dua. Gadis kecil itu tengah menari-nari, seakan mampu mengajak boneka itu ikut bersenandung, tertawa, dan bergerak aktif dengannya.

"Gembira sekali sayang?"

Gadis itu berhenti menari saat mendengar suara lembut menyapanya dari ambang pintu. Sontak saja anak itu berlari kencang, dan memeluk wanita yang tersenyum lebar itu.

"Bunda!" serunya dengan nada yang bahagia. "Bunda pulang cepat hari ini."

"Iya. Haru ini kan, Elka ulang tahun." Wanita itu berlutut di depan putrinya, lalu merapikan rambut putrinya itu. "Kita buat kue sama-sama, ya?"

"Siap, Bunda! Aku harus apa nih?"

Echi, nama wanita itu, dia tersenyum menatap putri semata wayang yang hari ini genap berusia tujuh tahun itu. "Pertama-tama, kamu harus telfon Ayah, biar cepat pulang malam ini. Kita rayakan ulang tahun kamu bersama-sama."

"OKE, BUNDA!" jawab Elka semangat. Gadis kecil itu kemudian berlari dengan sangat kencang hingga tak memerhatikan sekitar, kakinya tersandung box mainan, tubuh kecilnya limbung begitu saja. "AW!"

"Astaga, sayang! Kamu harus lebih hati-hati." Echi menghampiri putrinya itu, membantu agar bisa kembali duduk.

Elka memandangi lututnya yang memar, matanya menahan air mata yang siap tumpah. "S-sakit, Bun ...."

"Sakit ya?"

Elka mengangguk. "Iya. Sakit banget," katanya lagi semakin lirih.

Wanita yang mengandungnya selama sembilan bulan itu hanya tersenyum kecil. Kemudian tangan lembutnya menutup luka itu, sementara tangan satunya dia gunakan mengelus-elus kepala Elka yang menunduk memperhatikan tangan Bunda menutup lukanya.

"Dengan kekuatan ibu peri. Sim salabim, lukanya sembuh!"

"Wahhh!" Elka menatap takjub pada lututnya yang kini tanpa memar. Bahkan rasa sakit itu menghilang. "Bagaimana bisa?"

Echi tersenyum geli. "Ini salah satu kelebihan Bunda." Lalu wanita itu mendekatkan telunjuknya di depan bibir. "Jangan bilang siapa-siapa, oke? Ini hanya rahasia Elka dan Bunda."

Elka mengangguk dengan wajah yang lucu. "Siap, Bun. Jadi, ternyata Bunda ini ibu peri seperti di barbie?"

"Tentu saja. Ibu peri yang selalu melindungi Elka, di mana saja dan kapan saja," jawab Echi sebelum akhirnya merengkuh tubuh kecil putrinya yang kini bersorak bahagia.

Elka terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Rambutnya berantakan, menempel di pelipis hingga lehernya akibat keringat dingin yang membanjiri tubuh. Gadis itu memegang kepalanya, tiba-tiba merasa sesuatu hantaman keras yang membuatnya terasa sangat sakit.

Tiba-tiba saja ingatan masa lalu itu membuatnya merinding. Elka memang memiliki trauma saat bundanya meninggal, terutama saat ia harus terkunci di ruang gelap saat hujan dan guntur seakan menyerang bumi. Dari keterangan ayahnya, Elka tahu bahwa sebagian ingatannya menghilang. Elka tidak menyangka akan dihadapkan dengan mimpi berupa kepingan dari ingatan masa lalu.

Rasanya ... sedikit menakutkan.

Entah ini benar-benar ingatan masa lalu, atau tipuan bunga tidur? Bagaimana bisa bundanya dengan mudah menyembuhkan memar hanya dengan tangan kosong? Bagi Elka kecil, itu mungkin kekuatan super yang patut membuatnya terkagum. Tetapi, untuk ukuran remaja sepertinya saat ini, hal itu jelas menakutkan.

Elka bisa kerasa pelipisnya kembali berdenyut, gadis itu segera membaringkan tubuhnya lagi. Dia merasa tenaganya terkuras hanya karena mimpi seperti itu. Setelah berbaring dengan nyaman, Elka mensuggesti diri sendiri, agar tidak perlu terlalu cemas mengenai mimpi tersebut.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang