Bagian 19

2.2K 323 37
                                    

Pada akhirnya, gue nggak tega bikin kalian nunggu lama dan mengusahakan update. Btw, maafin soal kemarin, mungkin agak kasar yak? Jangan diambil hati, jadiin perhatian aja biar bagi oknum-oknum yang melakukan bisa lebih selektif komen. Makasih.

****

Elka tidak tahu sejak kapan suasana ngumpulnya bakalan secanggung sekarang. Bukan soal Rimba dan dirinya, tetapi Sam dan Annisa. Setelah dipikir kembali, Elka tahu mengapa atmosfir di meja kantin yang mereka tempati sekarang berubah mencekam. Itu semua karena pertanyaan tolol Andra beberapa menit yang lalu.

"Kalian ngerasa melewatkan sesuatu, nggak, sih? Soal Sam dan Annisa."

Sontak saja setelah kalimat pertantaan itu dilontarkan, Annisa terbatuk, Sam mematung. Hening mengambil alih. Ramai di sekeliling seperti tidak terdengar. Seakan ada pengedap suara di sekeliling mereka sehingga bising dari percakapan random jadi tersamarkan. Yang ada hanya wajah canggung Sam dan Annisa, ditambah wajah datar Elka dan Rimba, plus cengiran kaku oleh Andra.

Tampaknya cowok itu benar-benar tolol untuk mengerti suasana yang ada.

Sekarang sudah beberapa menit berlalu. Belum ada sahutan dari Annisa atau pun Sam. Elka pikir, dengan itu mungkin tandanya mereka sepakat untuk tidak membahasnya lagi. Nyatanya tidak. Karena pada menik ke lima belas, suara serak Sam mengalihkan perhatian.

"Berhubung kita lagi bahas itu." Pemuda blasteran itu menoleh pada Annisa yang sedang menatapnya. "Sorry."

"Nggak apa-apa," jawab Annisa tersenyum canggung.

Mereka lagi ngomong apa, sih?

Elka menggaruk belakang kepalanya, sehingga rambut hitam panjang yang tergerai itu sedikit kusut. Pandangannya menelisik ke arah Sam dan Annisa, dua remaja yang duduk berhadapan itu kini menunduk berpura-pura fokus pada makanan mereka. Sementara Rimba dan Andra yang duduk di masing-masing sisi Sam membalas tatapan Elka seakan paham apa yang sedang gadis itu pikirkan.

"Guys," panggil Elka mengambil perhatian. "Bukannya ini bukan hal aneh buat dibahas? Its ok, selama ini kita udah banyak mengalami hal-hal yang ...." Elka melirik Rimba, cowok itu berwajah datar dan tenang. "Lo tahu, yah ... bahkan lebih aneh dari situasi sekarang." Elka berdeham.

Andra mengangguk-angguk. "Makanya itu. Gue bukannya nganggep ini lelucon, sih. Tapi yah ... gue rasa karena ini hal biasa aja makanya gue mau bahas bareng-bareng aja."

"Maksudnya lo mau liat gue ditolak mentah-mentah secara langsung?" timpal Sam dengan nada rendah dan penuh penekanan.

Andra terkejut, mengibaskan kedua tangannya di depan Sam. "Nggak. Bukan. Bukan begitu."

"Sudahlah." Sam menarik napas panjang. Pemuda itu berdiri. "Gue udah selesai. Duluan!"

"Yahh, yah, Sam!" Bahkan teriakan Andra itu tak membuat Sam menghentikan langkahnya.

"Lo nggak mau nyusul dia, Nis?" tanya Rimba, pertanyaan itu membiat Annisa mengangkat kepala lalu menggeleng lemah. "Kenapa?"

"Karena aku memang akan menolaknya. Kami sudah pernah membahasnya lewat chat."

Elka melirik gadis itu, kemudian menatap Rimba. "Lo bener-bener harus menolak dia?" tanyanya menatap Annisa lagi.

"Ya." Gadis berhijab itu mengaduk-aduk baksonya tanpa minat. "Nggak ada pilihan lain."

"Maksud lo apa dengan nggak ada pilihan lain?" tanya Andra.

"Aku ...." Annisa mendesah panjang. "Aku memang nggak mau pacaran." Suaranya mengecil.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang