Bagian 29

2.2K 329 45
                                    

Part ini mengandung clue tentang alasan mengapa Sam berkhianat. So, baca baik-baik siapa tahu ada yang ngeh.

Btw, cover baru yang sekarang adalah gambaran penampilan Elka versi bangsa Lazaron asli.

****

Elka menahan napas ketika melihat bangunan kuno yang menyerupai kastil di depan sana. Sekitar sepuluh meter di depan sana, membentang kastil kerajaan dengan dinding kokoh yang menjulang, membentuk tiap kerucut seperti rumah disney. Bedanya, kastil itu terlihat lebih redup warna dindingnya. Cokelat tua menjadi warna paling dominan.

"D-Desca tinggal di sana?" Kepala Elka menoleh pada Ledrik. Lelaki iti menatapnya dengan senyum, kemudian mengangguk. "Sendirian?" tanya Elka lagi.

"Bersamaku, Nona. Hanya sesekali ada tamu dari klan lainnya."

"Selama ini dia tinggal di sana, hanya bersamamu, itu pun aku yakin dia pasti sangat jarang bicara."

Tunggu. Tunggu. Sejak kapan cara berbicara Elka jadi seperti ini? Gadis itu terkejut sendiri, namun segera berdeham dan berpura-pura cuek. Oke, itu salahnya, hanya kesalahan.

"Mari, Nona." Ledrik memanjangkan tangannya ke depan, mengisyaratkan agar Elka berjalan di depannya.

Ini benar-benar tempat tinggal paling besar yang Elka lihat. Hei, apa benar Desca betah tinggal di sana dengan keadaan yang sungguh sepi? Apa pemuda itu tidak sesekali terbayang keluar dan melihat apa saja yang ada di sekitarnya? Pantas saja walau sombong, Desca itu kampungan! Beda dengan Zato yang gampang diajak bicara, karena pemuda satu itu sudah lebih banyak tahu istilah manusia.

Astaga! Hei, kenapa juga Elka harus mengingat Zato!

"Silakan masuk, Nona." Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Elka tersentak dengan suara Ledrik yang sebenarnya lembut dan sopan.

Mereka telah sampai di ruang utama kastil itu. Besar dan luas. Tidak ada banyak perabotan seperti rumah-rumah modern. Oh, iya. Elka lupa ini bukan rumah, melainkan kastil atau bahasa masa kininya adalah mansion.

Ledrik membawanya ke sebuah lorong yang panjang, penerangan yang dipakai hanyalah lentera yang tertempel sepanjang lorong itu. Elka tak sekalipun melepaskan matanya dari segala sudut kastil, ini terbilang sangat unik dan aneh. Bukankah unik dan aneh itu beda tipis?

"Kita sampai, Nona." Lagi-lagi Elka tersentak. Ia gelagapan saat menoleh pada Ledrik. Mereka berada di depan sebuah pintu. "Ini adalah kamar Tuan Desca."

"Hah? Harus banget kita ke kamarnya? Kenapa nggak di suatu ruangan aja, kayak di rumah manusia. Ruang tamu."

"Tuan sedang di dalam. Umumnya, siapa yang ingin menemui Tuan, memang harus menghampiri Tuan secara langsung. Nona tenang saja, kamar Tuan memiliki bilik tersendiri, biasanya Tuan sedang bersantai di bagian ruang kamarnya yang biasa digunakan menerima tamu."

Seharusnya Elka tahu kamar Desca tidak sesempit kamarnya!

"O-oke."

Ledrik kemudian mengetuk pintu sebanyak dua kali, sebelum memutar handel pintu itu. Derit engsel berbunyi pelan, pintu terbuka.

Wajah Elka seketika diterpa angin yang lumayan kencang. Topi jubahnya terhempas ke belakang, rambut merahnya ikut terempas lembut. Sebelah tangan Elka terangkat untuk menghalau angin itu, menutupi sebagian wajahnya. Perlahan kembali normal, Elka menurunkan tangan dan melihat sekitar.

Ledrik telah berdiri di sana. Di samping kursi yang mana Desca sedang duduk dengan tungkai terlipat dan kedua tangan menumpu di pegangan kursi. Sikapnya sangat tenang dan penuh karisma. Oke, Elka mengakuinya. Desca tampak berbeda.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang