⚠Warning! : Sekarang siapkan otak kalian untuk berpikir. Karena di akhir-akhir part ada penjelasan seseorang yang lumayan bikin kepala geleng-geleng.
Ayo komen tagar #safeannisasam :v
****
Sebenarnya sejak awal saat mendapat telepon dari nomor Adira dan yang bersuara adalah Sam, Annisa sudah menyimpan kecurigaan. Menurutnya ada sesuatu yang lebih serius dari sekadar penculikan Adira. Puncaknya saat sampai di rumah sakit, Annisa merasa Sam baik-baik saja ditambah dengan rekaman peretas yang tiba-tiba hilang.
Demi apa pun, Annisa hanya membagi passwordnya bersama Sam karena memang hanya mereka berdualah yang mengatur persoalan server atau database untuk tim ini.
Annisa tidak menghapus apa pun dalam server, kemudian tiba-tiba saja database rekaman peretas itu hilang? Tentu, tidak ada orang lain yang bisa menghapusnya selain Sam. Annisa masih terus menangis, sementara Sam telah mencabut infusnya dan duduk di sisi barankar menghadap Annisa.
"Katakan jika kamu berbohong, Sam." Suara gadis itu parau, sisa-sisa tangis masih ada. "Katakan jika ini hanya leluconmu."
"Nyatanya ... nggak. Sama sekali nggak," jawab pemuda itu santai. "Oh, ya. Bilang ke Andra, adiknya aman di gue dengan satu catatan sebaiknya kalian hentikan semua ini."
Annisa mendongkak, menatap Sam yang entah sejak kapan telah berdiri menjulang di hadapannya. "Kesalahanmu ini besar, Sam. Kenapa? Se-setidaknya, katakan kenapa?"
"Lo bukan perempuan yang bisa membuat gue mengatakan semuanya hanya dengan satu perintah, Annisa." Sam mengatakannya dengan nada rendah dan dingin, sehingga Annisa kembali menangis lagi. "Jangan terlalu meninggikan ekspetasi lo terhadap gue."
"Jadi, selama ini ... semuanya hanya akting?" Mata Annisa berkaca-kaca. "Semuanya ... termasuk penyelamatanku di rooftop itu?"
Terdiam sejenak, keduanya saling memenjarakan tatapan.
"Ya." Sam akhirnya bersuara. Mendengar hal itu, tubuh Annisa bagai kehilangan energinya. Gadis itu lunglai bersandar ke sofa, kepalanya menggeleng-geleng lemah, tak sanggup dengan fakta yang ada. "Aku nggak nyangka. Benar-benar nggak nyangka," kata gadis itu seraya memaksakan tubuhnya untuk berdiri.
Annisa bisa merasakan kedua lututnya bergetar, namun ia tetap memaksakan agar bisa menatap lekat terhadap Sam. "Kalau selama ini tujuanmu adalah untuk menipu kami semua. Selamat, Sam. Kamu berhasil." Annisa menghapus air matanya dengan kasar. "Tapi, nggak untuk malam ini. Aku yakin Elka juga sudah tahu, jadi mending kamu pergi dari sini sekarang!"
"Gue tahu." Sam mundur selangkah. "Elka pasti sudah tahu semuanya," lanjut pemuda itu dengan suara yang kecil. Matanya terus memindai Annisa yang memasang wajah tegar. "Gue akan pergi seksrang."
Annisa mengangguk. "Ya, pergi. Dan kalau bisa, kamu nggak perlu muncul lagi di hadapanku ataupun yang lainnya, Sam!"
"Sayangnya nggak bisa." Sam tersenyum kecil. "Kita bakalan ketemu lagi, Nis."
Gadis itu menapat tepat di iris Sam, kedua tangannya mengepal. "Dan kalau sampai kita bertemu lagi, aku yakin keadaannya akan berbeda. Jika saat itu benar-benar tiba, aku harap kamu bisa mengingatnya baik-baik, Sam. Aku benar-benar kecewa, dan demi Allah aku menganggapmu sebagai musuh!"
Sam hanya tertawa kecil, berjalan memdekat brankarnya kemudian mengambil sebuah tali yang sangat panjang dari sana. Kemudian pemuda itu mendekat ke jendela, mengikatkan ujung tali ke fentilasi, semua gerakan itu hanya disimak Annisa dalam diam.
Setelah mengikatkan ujung tali yang lainnya di tubuh, Sam menengok ke arah Annisa sementara di hadapannya ada jendela yang sudah terbuka. Sam akan keluar dari sana. Lantai sepuluh cukup untuk membuatnya harus melompat dengan pengaman. Jika memilih keluar menggunakan pintu utama rumah sakit, maka Sam yakin dia tidak akan selamat dengan adanya Elka dan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]
Mystery / Thriller[END] Fantasi-misteri [Disarankan membaca dua buku sebelumnya : AOS dan ASD Ada banyak misteri di dunia ini tentang makhluk yang tidak bisa dinalar oleh otak. Tetapi sesungguhnya, mereka ada. Terkadang bahkan berbaur di antara kita. Untuk menjaga ke...