Elka semakin bergerak tak nyaman ketika mendekati pembuanhan sampah yang terbuat dari kayu itu. Bentuknya segi panjang membentang dengan penutup yang sudah rapuh. Bau busuk semakin membuat dahinya berlipat, sebelah tangannya mencoba menghalau bau dengan menutup mulut, tetapi tak bisa. Aroma busuk itu terlalu kuat.
Elka melirik Rimba yang berdiri di depan tong sampah terbuat dari plastik, berwarna biru dengan bercak kecokelatan berasal dari lumpur yang mereka pijak.
"Bau banget, asatga!" keluh Elka tak tahan. "Ini bukan bau sampah doang. Sepertinya ada bangkai di sini."
"Mungkin bangkai kucing liar," sambung Rimba.
Elka meringis, membayangkan ia menemukan bangkai kucing, sungguh pemandangan menjijikan. Gadis itu akhirnya dengan sangat berat hati berjalan lebih dekat ke pembuangan sampah paling besar itu. Melihat Rimba yang dengan besar hati mulai mengubek isi tong sampah plastik itu, mau tak mau Elka harus profesional.
Mencoba tegar dengan aroma busuk itu, Elka semakin mendekatkan tangannya membuka penutup pembuangan sampah tersebut.
Saat Elka berhasil membuka penutupnya, Rimba lantas terkejut dengan aroma yang semakin kental memenuhi udara. Membuatnya merasa sesak dan pusing. Elka menjauh dari sana, berusaha lebih dekat dengan Rimba dan menempelkan tubuhnya di dekat pemuda itu. Ia tampak ketakutan. Rima merangkulnya dengan sebelah tangan, lalu tangannya yang bebas digunakan menutup mulut. Perasaan jijik timbul begitu saja.
"Bau apaan ini?" desis Rimba jijik.
"Rim ... d-di sana ... i-itu mayat."
Rimba langsung menegang, begitupun Annisa dan Sam yang mendengar dari seberang sana.
"El? Elka ... maksud lo apa? Gimana?" Sam langsung memberondong dengan panik.
"Di dalam itu." Elka bersuara dengan nada bergetar. "I-itu ada mayat. Wujudnya menjijikan banget. Lebih pantas disebut bangkai."
Rimba mengeratkan rangkulannya, berjalan dengan langkah mundur teratur.
"Rimba, Elka! Sebaiknya kalian pergi dari sana, sekarang!" perintah Annisa panik. "Andra mendapat firasat yang buruk!"
Selang satu detik saja Rimba dan Elka berpandangan. Keduanya dilanda panik. Belum lagi, mereka bingung bagaimana menyikapi mayat yang ada di pembuangan sampah itu. Tak ingin melewatkan banyak waktu sia-sia, Elka merogoh ponsel dan dengan nekat memotret mayat tersebut. Hal tersebut memaksa Rimba ikut menyaksikan pemandangan mengerikan dari bangkai manusia itu.
Beberapa langkah tergesah dari beberapa orang terdengar, membuat Rimba dengan cepat menarik lengan Elka menjauh dari area itu. Keduanya berlari semakin jauh ke dalam gang, sementara langkah beberapa orang di belakang sana mengikuti tanpa suara.
"Elka, jangan nengok ke belakang!" tegur Rimba menyadari kepanikan cewek di sampingnya itu. "Kita harus sembunyi di pemukiman warga."
"Kalian jangan panik!" Suara Annisa terdengar lebih tenang di seberang sana.
"Benar kata Nisa." Sam menambahkan. "Dengerin arahan gue. Nggak jauh dari posisi kalian sekarang, ada persimpangan gang lagi, belok kanan, setelah itu kalian akan bertemu dengan perumahan kumuh di sana."
Rimba dan Elka menuruti intruksi Sam, tanpa ragu bergerak sesuai dengan saran pemuda itu.
"Belok kiri, masuk ke gang kecil di sekat rumah warga." Sam kembali bersuara, Rimba dan Elka terus mengikuti. "Setelah dari sana kalian akan bertemu jalan raya."
Dan benar saja, selama beberapa menit berlari melewati sekat sempit itu, mereka benar-benar bertemu jalan raya. Bahkan, mereka tepat berada di trotoar lampu merah yang tak jauh dari toserba, hingga keduanya langsung bertemu dengan Andra di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]
Mystery / Thriller[END] Fantasi-misteri [Disarankan membaca dua buku sebelumnya : AOS dan ASD Ada banyak misteri di dunia ini tentang makhluk yang tidak bisa dinalar oleh otak. Tetapi sesungguhnya, mereka ada. Terkadang bahkan berbaur di antara kita. Untuk menjaga ke...