Bagian 8

2K 290 9
                                    

Sesampainya di rooftop, Elka langsung dihadapkan dengan pemandangan Desca yang duduk angkuh di pembatas rooftop, sementara Ledrik berdiri di samping pemuda itu. Elka menghela napas panjangnya, sedikit terengah-engah karena berlari dari lantai satu.

"Ada apa?"

"Tuan ini menanyakan sesuatu," jawab Ledrik memberi isyarat lewat lirikan matanya agar Elka mendekat.

Elka lantas mendekat. "Ada apa?"

"Apa kau mengingat sesuatu tadi malam?"

Kening Elka mengerut, berpikir keras. Ini juga hal yang ganjil menurutnya. Tetapi, sekeras apa pun dia berpikir tetap saja yang datang ke ingatannya hanyalah ketika dia mencari keberadaan Desca lalu akhirnya tertidur di ruang tamu. Aneh. Tetapi, itulah faktanya.

"Gue hanya inget sebelumnya mencari lo berdua, setelah itu gue tertidur."

"Di kamar?" Elka lantas menggeleng cepat.

"Bukan. Awalnya gue kebangun tengah malem di ruang tamu, agak aneh sih. Tapi, mungkin gue nggak sadar tertidur di sana, lalu akhirnya gue pindah."

Desca dan Ledrik saling melempar pandangan saat mendengar jawaban itu.

"Lo berdua kemana, semalem?"

"Menjalankan misi." Desca menjawab seadanya. Pemuda itu turun dari pembatas rooftop, berdiri tepat di hadapan Elka. "Kau sangat mengenal orang tuamu, kan?"

"Maksud lo?" Elka bertanya heran. Cewek itu sampai memandang tak suka pada ekspresi datar Desca.

Desca terdiam sejenak, mencoba mendalami tatapan Elka. Sayang sekali, dia tak bisa kembali ke Lazaron sebelum misi ini selesai. Kalau tidak, dia sendiri yang akan memastikan hal ini. Tapi ... tapi, bagaimana mungkin? Desca memejamkan matanya, kesal dengan pemikiran yang harus mendapatkan jawaban itu.

Sang Lord selalu berhasil membuatnya kewalahan dengan teka-teki seperti ini.

"Kamu ... tidak pernah merasakan hal yang aneh dengan dirimu sendiri?" tanya Desca lagi.

Elka semakin kesal. "Maksud lo apaan, sih?!"

Ledrik berdeham, mengambil inisiatif untuk menengahi dua orang itu.

"Maksud Tuan begini, Nona." Sekali lagi ia berdeham, lalu mendorong Desca dan Elka agar saling menjauh dulu. "Apakah sejak kecil Nona tidak pernah mengalami hal-hal aneh? Atau mungkin saja orang tua Nona pernah bercakap aneh, menyembunyikan satu hal, mungkin?"

"Satu-satunya hal aneh dalam hidup gue adalah nyokap yang pergi secara tiba-tiba," ujar Elka dingin. Ia menatap Ledrik tanpa ekspresi.

M-maksud Nona?" Ledrik memasang wajah terkejut yang menurut Elka sangat tolol.

"Ya, bunda gue meninggal enam tahun yang lalu. Kenapa?"

Desca dan Ledrik membelalak. Keduanya bertatapan sebentar, lalu kembali menatap Elka hingga membuat gadis itu risih.

"Kenapa, sih?!"

Ledrik menggeleng, berdeham singkat. "T-tidak ada. Sebaiknya Nona kembali kepada teman-teman Nona," ujarnya terbata.

"Jelasin tingkah aneh lo berdua ini sebelum gue pergi!" tegas Elka.

Ledrik menunduk hormat. "Maafkan saya, Nona. Se-sebaiknya tidak sekarang, saya tidak bermaksud mengusir Nona. Tap-tapi ... tapi se—"

"Kau akan mengetahuinya nanti," potong Desca tenang. Entah mengapa, tatapannya tidak seangkuh biasanya menurut Elka. Pemuda itu bahkan sedikit menarik senyum formal padanya. "Kita akan membicarakannya lain kali, yang jelas siapkan dirimu."

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang