Bagian 2

2.6K 313 16
                                    

"Elka, kamu kenapa?"

Pertanyaan itu membuat Elka menolehkan kepalanya secara cepat ke arah Annisa, dia kaget. Teman-temannya kini menatap ke arahnya dengan pandangan bingung. Mereka sedang berada di kantin, seperti biasa mengobrolkan banyak hal. Namun, Elka terlihat sama sekali tidak terlibat pada obrolan. Hal itu yang memicu Annisa untuk bertanya.

"Lo kena hukuman berat karena kemarin nggak masuk?" tebak Andra.

Elka menarik senyum kecil, menyeruput orange jusnya. Gadis itu kemudian menggeleng saja.

"Lo sakit?" Kali ini, Rimba ikut nimbrung bertanya. Elka menggeleng lagi.

"Kamu kenapa sih, El?" Annisa mendekat dan menggenggam tangan Elka. Gadis itu terlihat agak pucat hari ini.

"Ada yang pengen lo sampaikan?" tanya Sam. Lelaki itu meletakan minuman sodanya ke atas meja, kemudian menatap Elka lekat-lekat. "Malam ini di Klasik Kafe?"

Elka menatap satu persatu wajah teman-temannya sebelum akhirnya mengangguk setuju.

Kadang, Rimba iri dengan Sam. Dia begitu dengan mudah mengerti Elka, dan menangani keresahan di wajah gadis itu. Rimba tersenyum paksa, lalu meninggalkan meja itu tanpa berkata-kata.

"Lah, Rimba mau kemana?"

Andra ikut beranjak. "Biar gue yang susul dia."

Elka tak bisa fokus ke obrolan teman-temannya, bahkan ia tak peduli dengan kepergian Rimba yang tiba-tiba itu. Hal yang paling mengambil perhatiannya saat ini adalah tentang dua laki-laki aneh yang kemarin pagi muncul di kamarnya. Elka jadi tak bisa tidur semalaman karena Lendrik berkata akan datang lagi, namun nyatanya sama sekali tidak. Elka jadi semakin dibuat bingung, apa dia bermimpi? Berhalusinasi? Tapi kenapa harus senyata itu? Kalau memang dia bermimpi, itu artinya sekarang pun Elka sedang bermimpi karena dia sama sekali belum tidur sejak kemarin.

"Nis, coba pukul gue," kata Elka. Annisa menatapnya aneh. "Pukul gue coba."

Annisa mengerjap, bertukar pandangan dengan Sam. "Kamu kenapa sih, El"

"Pokonya pukul aja!"

PUKK

"Arrgghh! Setan!" umpat Elka begitu merasa tabokan lumayan keras di belakang kepalanya.

"Ya ampun!" pekik Annisa, buru-buru memeriksa kepala sahabatnya itu. "Kamu apa-apaan sih, Sam?!"

Ya, bukan Annisa yang memukul Elka, melainkan Sam. "Dia kan minta dipukul."

"Tadi itu keras banget tahu!!"

"Kan Elka yang dipukul, bukan kamu."

"Tapi aku juga bisa ngerasain!"

"Ohya?!" Sam berekspresi berlebihan, membuat Annisa semakin merenggut.

"Sakit banget ya, El?" tanya Annisa prihatin dan mengusap belakang kepala Elka.

Elka hanya memegangi kepalanya dalam diam. Sakit rasanya. Dan dia tidak terbangun dari tidurnya. Sekali percobaan lagi, Elka merebut gelas kaca di hadapan Annisa lalu membantingnya dengan sengaja. Semua orang langsung berdiri kaget mendengar itu, apalagi melihat pelakunya adalah Elka. Semua terdiam. Suasana kantin menjadi hening, tak ada yang berani menggerakan sesenti pun tubuhnya, bahkan Sam dan Annisa mematung.

Elka mengambil pecahan gelas yang agak besar, lalu dengan cepat mengiris bagian jari telunjuknya.

"ELKA!!!" seru Annisa dan Sam bersamaan. Keduanya buru-buru menjauhkan tangan Elka dari pecahan itu. Namun terlambat. Darah segar keluar deras dari telunjuk Elka.

"LO APA-APAAN SIH?!" bentak Sam. Sementara semua mata yang melihat itu, mulai saling membuat praduga. "LO SEMUA AWAS KALAU MIKIR MACEM-MACEM!" teriak Sam mengancam.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang