Bagian 5

2.3K 337 18
                                    

Akan up lagi ketika vote mencapai 20 dan komentar 20. Semangat! Jangan lupa fokus ketika membaca!

<<<>>>

Seperti yang sudah dikatakan Elka, bahwa ia tak bisa menyembunyikan fakta apa pun dari teman-temannya. Untuk itulah, malam ini ia mengumpulkan teman-temannya untuk bertemu langsung dengan sosok yang membuatnya nyaris gila belakangan ini.

Rimba, Sam, Andra dan Annisa hanya bisa melongo saat melihat tampang angkuh Desca yang duduk santai di single sofa, sementara Ledrik di samping pemuda itu berdiri dengan penuh sikap hormat. Elka tertawa dalam hati, merasa puas melihat tampang tolol teman-temannya itu. Terlebih lagi Annisa, gadis itu tak melepaskan pandangannya sama sekali pada sosok Desca.

Andra berdeham, berusaha mengendalikan diri. "Jadi ... ini vampir yang dimaksudkan dalam cerita lo itu, El?" Andra melirik Desca lagi. "Dia manusia banget tuh."

"Ya. Dia lebih mirip orang bule," sambung Rimba.

"Kalian ngomong gitu karena belum pernah lihat gimana nih orang muncul tiba-tiba!" jawab Elka sembari mendengus. Ia menatap Desca dengan kesal, walau pandangan Desca fokus pada cangkir tehnya. "Dia ini aneh!"

Mendengar itu, Desca segera melarikan matanya pada Elka. "Pelayan kurang ajar!"

"Pelayan?" beo Sam. Seakan mendapat komando, semua kepala menoleh pada Elka yang mendesis jengkel.

"Ini salah satu keanehannya. Menganggap gue pelayan!" Elka menggerutu sebal. "Katanya, ini pesan dari Lord yang memipin negerinya, gue jadi pelayan. Gila nggak sih?"

Andra mengulum bibir, sembari menahan tawanya. "Seorang Elka yang agung menjadi pelayan." Namun, akhirnya lelaki itu tak tahan untuk meledakan tawa. "Kocak!"

"Diem lo!"

Annisa yang berada di samping Elka, kini mendekatkan wajah dan berbisik. "El, dia beneran vampir?"

"Ya, katanya emang gitu." Elka memerhatikan Desca lagi. "Kenapa, Nis?"

"Nggak apa-apa."

Setelahnya hening. Semua mata masih memindai pada Desca dan Ledrik. Pakaian dua lelaki itu sudah berganti menjadi pakaian manusia pada umumnya, semua itu, tentu saja, berkat bantuan Elka yang mengaku sakit mata melihat pakaian serba hitam dan kuno yang keduanya kenakan. Elka bahkan dengan berani memerintahkan Ledrik untuk mengikat rambut gondrongnya agar lebih rapi, sementara Desca ia biarkan dengan rambut lurus menjuntai sampai menutupi jidat. Gaya rambut seperti itu memang cocok untuknya, dan lumayan populer di zaman sekarang.

Dentingan cangkir keramik yang beradu dengan piring di atas meja, membuat suaranya kontraks dengan kesunyian yang tercipta. Giliran Desca yang menatap satu persatu remaja di ruangan itu.

"Sebenarnya ... aku tidak tahu mengapa Lord menginginkan perempuan ini menjadi pelayanku." Desca menunjuk Elka dengan isyarat mata. Kedua tangannya senantiasa berada di pegangan sofa, sementara kakinya menyilang santai. "Aku tidak bisa mengabaikan perintah Lord. Keterlibatan kalian juga sebenarnya tidak diperlukan, namun ... pelayan ini meminta untuk memberitahukannya pada kalian."

Semua membisu. Mereka hanya bisa mendengar suara rendah tanpa penekanan itu, namun efeknya seakan mampu membungkam kekuatan mereka untuk menjawab. Bahkan, Elka tak kuasa membantah saat disebut pelayan lagi. Gadis itu seakan terpaku, sulit bergerak.

"Jangan mengabaikan perintahku, cukup kalian tahu siapa diriku. Dengan adanya kalian, mungkin misiku akan mudah terlaksana. Satu hal yang kalian harus tahu, bahwa Lazaraon—negeriku, tidak pernah melarang untuk melayangkan nyawa seseorang yang berniat menghalangi misi." Desca diam sebentar. "Bahkan ... aturannya, aku wajib membinasakan para penghianat misi, ataupun orang yang membocorkan rahasia misi. Apa kalian paham?"

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang