Bagian 1

3K 334 8
                                    

Elka merasa tubuhnya pegal-pegal di beberapa bagian. Ini semua karena Rimba yang memaksanya lomba pacuan kuda semalam. Cowok itu memang gila. Elka tahu dia sudah terlalu kesiangan untuk berangkat sekolah, karenanya ia akan memilih bersantai saja hari ini.

Tiga bulan berlalu, sekolahnya kembali seperti sedia kala, walau tidak sedikit siswanya yang ditarik pindah oleh satu alasan yang jelas. Karena kasus tiga bulan lalu. Tidak dengan Elka, ayahnya sepenuhnya percaya dengan semua keputusan yang ia buat. Termasuk keputusan bertahan.

Masih dengan kantuknya, Elka duduk bersandar di kasurnya. Tempat tidur yang berhadapan dengan balkon itu, membuatnya gampang terusik dengan sinar matahari. Sepertinya ia lupa menutup balkon itu semalam. Ah, ceroboh.

Pandangan matanya masih terasa buram, Elka mengucek matanya beberapa kali, lalu menguap untuk melepaskan kantuk. Dia mengecek ponsel, ada banyak sekali misscall dari Annisa dan juga Rimba.

For Annisa : Hari ini gue nggak masuk. Telat bangun.

Itulah isi pesan yang dikirim Elka untuk menjawan kebingungan Annisa atas ketidakhadirannya. Elka masih melakukan peregangan pada otot-ototnya yang terasa kaku. Gadis itu kemudian meraih ikat rambut hitam di atas nakas, lalu mengikat asal rambutnya yang mulai panjang menyentuh punggung itu, dia berencana memotongnya nanti.

Elka turun dari kasur, berniat ke balkon dan menikmati udara yang lebih segar dari luar. Baju tidur berwarna tosca polos miliknya seakan bersinar diterpa sinar matahari. Elka menarik napas panjang, memejamkan mata, berdiri dengan tumpuan tangan di pembatas balkon.

"Hei."

Elka mengeryit. Apa dia sedang bermimpi? Astaga, dia sangat kelelahan sampai-sampai mendengar suara asing seperti itu.

"Hei!"

Elka langsung membuka matanya, karena dia yakin sentuhan di tangannya itu bukanlah khayalan. Matanya kontan melotot saat melihat lelaki bertubuh tegap dengan pakaian khas kerajaan itu berdiri di sampingnya. Elka nyaris menjatuhkan rahang karena penampilan antimainstream itu. Dan lagi, bagaimana bisa si aneh ini ada di kamarnya?

"Lo siapa?!" tanya Elka tajam, mengambil jarak dengan orang asing itu.

Orang itu belum menjawab. Matanya sibuk memindai keadaan sekitar. "Apa ini tempat yang dimaksudkan Lord? Tempat apa ini?"

Elka menatap orang itu dengan horor. "Lo gila ya?" Elka memindai pakaian hitam dengan bordir keemasan yang dikenakan lelaki itu. Bahkan lelaki itu memakai sarung tangan putih dan dasi layaknya orang-orang dari kerajaan kuno.

"Berani sekali mulutmu itu," katanya melangkah mendekat. Elka mundur. "Aku adalah keturunan Bangsawan yang agung. Berani sekali mulut hinamu itu mencaciku!"

Elka melotot, mulutnya terbuka sangat lebar. "Wahhh, fix. Lo gila, gue yakin!"

Orang itu mendesis, tatapannya menajam. "Kau—"

"Tuan Desca!"

Suara yang lain kembali membuat Elka kaget. Satu lagi lelaki asing yang muncul, entah dari man—astaga! Elka dibuat nyaris pingsan karena melihat sesuatu yang menerupai lubang hitam berputar di belakang lelaki yang baru datang itu. Dari sanakah dua makhluk aneh ini berasal? Elka langsung mengucek kedua matanya. Ini nyata! Benar-benar nyata. Putaran hitam itu masih ada, seakan siapa saja yang berada di jarak dekat akan bisa ditelannya.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang