Bagian 30

2.1K 307 41
                                    

Belakangan kesibukanku bertambah, jadi mungkin akan lambat updatenya.

Selamat membaca.

****

"Gue harus kembali sekara—hei, apa kabar sama tubuh gue yang di dunia manusia?" Elka tersentak sendiri dengan pikirannya. Omong-omong kenapa dia baru mengingatnya sekarang? Gadis itu berdiri dan menatap Desca horor.

"Tubuhmu baik-baik saja." Desca membalas dengan tenang. "Kembalilah jika ingin kembali."

Elka berdeham. "S-satu lagi ... g-gue boleh nanya soal nyokap?"

"Tadi kau sudah berkaca, bukan?"

Kening Elka mengerut, membentuk lipatan pertanda ia bingung. Desca menatapnya tanpa ekspresi.

"Jika kau bertanya dan sangat penasaran dengan sosok ibumu, maka berkacalah." Untuk beberapa saat, tatapan Desca memindai penampilan Elka, begitu dalam dan tak terbaca. "Kau ...." Suara Desca berubah serak, ia berdeham. "Kau begitu mirip dengannya."

"S-serius?" Pipi Elka menghangat, tersipu karena dipuji mirip bundanya. "Berarti gue cantik?"

Desca menatapnya dengan kening terangkat, ia berdecih. "Ya, terserah kau saja. Kembalilah!"

"Lo sendiri, kapan balik?"

"Kau ingin aku kembali bersamamu?" Desca menyandarkan tubuhnya dengan santai. "Atau ... jangan-jangan kau merindukanku, huh?"

"Enak saja!" sentak Elka jengah. Gadis itu memutar kedua bola matanya. "Mimpi aja sana! Gue hanya mau lo cepat-cepat bertindak soal Zato, dan gue juga akan segera bertindak soal Sam."

Sekarang Elka merasa tidak aneh lagi dengan tingkah Sam yang pertama kali mendengar ceritanya soal vampir. Pemuda itu satu-satunya yang terlihat tidak kaget dan malah mempercayai Elka dengan mudahnya. Ternyata oh ternyata, pemuda itu bermaksud mengarahkan mereka semua ke rencana yang sangat apik. Benar. Sejak awal, ini memang direncanakan. Selamat untuk Sam yang berhasil membodohinya.

"Lalu bagaimana cara gue kembali?"

"Kau hanya tinggal kembali, apa susahnya?"

Elka menggeram kesal. "Gue nggak tahu caranya, bego!"

Desca kontan membulatkan matanya. "Jaga ucapanmu, hei! Ini di tanah Lazaron, kau tahu itu!"

"Ya, terus kenapa?"

Ledrik memejamkan matanya sejenak. Oh, tidak. Mereka kembali menjadi sosok masing-masing.

"Ehm ... Tuan, Nona." Ledrik mengambil alih pembicaraan itu. "Biar saya yang mengantar Nona, tidak perlu bertengkar."

"Noh, contoh si Ledrik, punya sopan santun. Nggak kayak lo!" cibir Elka jengkel.

Desca bersidekap. "Kau saja yang dungu. Kau bisa ke Lazaron tetapi kau tak bisa kembali ke duniamu? Benar-benar luar biasa."

Sekarang Elka tergoda untuk menerjang Desca dan mencekiknya sampai mati. Serius, makhluk ini benar-benar menyebalkan!

"Mari, Nona." Ledrik sudah berdiri di sampingnya, menunduk hormat dan menjulurkan tangan ke arah pintu. "Biar saya antarkan."

Menyentakkan sebelah kakinya, Elka berbalik dengan kasar. Sementara Desca di belakang sana sedang menyeringai geli.

"Elka!"

Panggilan itu membuat si empunya nama berbalik malas. "Apa lagi?"

"Kau ... cantik."

Mata Elka membulat sempurna, nyaris ia tersedak ludahnya sendiri. Saat menoleh ke samping, ia mendapati Ledrik terbatuk serius. Sepertinya lelaki itu sama terkejutnya dengan Elka.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang