Bagian 31

2K 298 30
                                    

Melody dan Tomi menatap serius ke arah empat remaja yang kini duduk berhadapan dengan mereka. Di rumah pohon seperti biasanya, mereka membicarakan tentang kasus yang sedang berjalan.

"Kita sudah tidak bisa membiarkan pencarian Adira secara sembunyi lagi," kata Tomi kepada Andra. "Aku akan mengarahkan tim untuk mencarinya. Rumah Karin bersih, tidak ada tanda-tanda orang tinggal di sana."

"Apa yang harus gue katakan ke bokap sama nyokap?" tanya Andra lebih kepada dirinya sendiri.

"Aku akan ikut menjelaskannya pada orang tuamu, jangan khawatir," balas Tomi lagi. "Lalu soal rencana kita, ini tetap berjalan. Kita tidak akan membawa tim lain, cukup aku dan Melody."

"Dan ... wah, sungguh sialan banget. Bisa-bisanya gur ditipu bocah ingusan!" ujar Melody tajam. Usai mendengar pengakuan dari empat remaja itu tentang pengkhianatan Sam, Melody jadi orang paling emosi. "Kalau dia ketangkep, sekalian aja gue patahin lehernya!"

"Omong-omong soal rencana, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Rimba.

"Kita harus fokus pada pencarian. Kita harus bisa menemukan markas mereka," jata Tomi menjawab pertanyaan Rimba. "Aku yakin ada orang-orang besar yang terlibat, mana mungkin mereka bisa sembunyi semulus ini."

Dalam hati Elka telah menekankan baik-baik, agar soal percobaan sinting Karin cukup disimpannya seorang diri. Jika ia mengungkapkan itu, maka akan ada banyak pertanyaan kepadanya. Dari mana dia tahu? Lalu yang paling penting, Elka tidak ingin menjelaskan soal makhluk supranatural seperti vampir dan werewolf.

"Elka, lo ngelamun?" tegur Rimba membuat gadis itu tersentak dan menoleh cepat.

Ah, omong-omong masalah di antara keduanya belum selesai. Tetapi Rimba malah bersikap seperti biasa. Lebih tepatnya memaksakan bersikap seperti mengabaikan obrolan terakhir di antara mereka. Elka tentu tidak punya pilihan selain mengikuti saja skenario spontanitas Rimba.

Mereka memang tidak boleh mengaitkan perasaan ke masalah seperti ini.

"Kita butuh Annisa untuk mencari keberadaan mereka," ucap Melody kemudian. "Gue tahu ini sulit untuk lo, Nis. Tapi, biar bagaimanapun juga Sam berkhianat! Apa pun alasannya nggak akan menutupi fakta bahwa dia berkhianat. Jadi, lo harus tetap konsisten. Sam bukan lagi di tim kita dia pengkhianat!"

Gadis berhijab itu seperti linglung saat mengangkat kepala menatap Melody yang menyorot tajam. Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Sudah beberapa kali ia coba memposisikan Sam sebagai pengkhianat, tetapi gagal. Otaknya berpotensi memikirkan semua kebaikan Sam, dan Annisa rasanya selalu emosional.

Membayangkan bahwa semua yang dilakukan Sam itu hanyalah sebagian dari rencananya ... Annisa merasa benar-benar merinding.

"Annisa ...." Panggilan Melody rendah, tetapi mengandung syarat dalam dan menekan.

"B-baik."

"Kalau begitu lakukan! Apa pun kemungkinan yang membuat kita bisa tahu posisi mereka!" tegas Melody.

"Sebenarnya aku sudah melakukan pelacakan di ponsel Sam, tetapi nihil. Sepertinya dia tahu cara itu."

"Tentu saja, mengingat lo dan dia bekerjasama selama ini," timpal Andra.

"Bagaimana dengan ponsel Adira?" tanya Rimba.

Annisa menggeleng. "Nggak ada yang bisa diakses juga." Gadis itu terdiam hingga beberapa saat. "Tetapi sepertinya aku punya cara untuk mengetahui satu hal, dan aku rasa Sam nggak tahu cara ini."

Seluruh pasang mata yang ada di ruangan itu hening, menantikan penjelasan Annisa. Gadis berhijab itu lebih dulu mematikkan koneksi internet di sekitarnya, dan memerintahkan semua orang mematikan ponsel mereka demikian dengan akses internet pada ponsel.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang