Bagian 11

1.9K 294 13
                                    

Elka dan lainnya telah datang dan berkumpul lengkap di rumah pohon. Mereka duduk melingkar. Melingkar dengan tatapan yang fokus pada Desca. Terutama Elka, cukup penasaran dengan apa yang akan dikatakan Desca.

"Aku ingin menanyakan beberapa hal. Pertanyaan ini didasari dengan tingkah kalian belakangan ini. Pertama, apa yang sedang kalian lakukan? Kedua, tempat apa ini? Ketiga, apa kalian sedang menyelidiki pembunuhan yang dibicarakan orang-orang melalui kotak segi empat di ruang tamu itu?"

Ledrik meringis saat mendengar pertanyaan terakhir. Desca masih belum paham dengan penyebutan televisi.

"Maksud Tuan adalah televisi," kata Ledrik meralat.

"Jangan mengajariku, Ledrik!"

"Maaf Tuanku."

Elka memutar matanya malas. "Semua pertanyaan lo hanya bisa gue jawab dengan satu kalimat. Bukan urusan vampir kayak lo, oke?"

"Berani sekali," desis Desca kesal. "Urusi dia Ledrik, aku malas berdebat."

"Baik, Tuan." Ledrik kemudian menatap Elka dengan senyum sopan. Dalam hati dia ketar-ketir, kalau salah bicara dan Elka mengamuk, lalu tiba-tiba kekuatan klan Layern terbangkitkan? Ledrik pasti tidak selamat. "Pertanyaan Tuan tadi sebenarnya ada hubunngan dengan misi kami. Seperti yang Nona ketahui, kami mengemban misi penting dari Lazaron, yaitu seputar penangkapan ras werewolf yang dengan lancang mengacaukan peradaban manusia. Kami sedang berusaha menemukannya, namun ternyata cukup sulit."

"Werewolf?" Sam membeo kaget. "Manusia serigala?"

"Benar," timpal Ledrik lagi. Kecuali Elka, semua wajah teman-temannya tampak kaget. Sejak kemunculan Desca dan Ledrik, Elka lebih terbiasa dengan hal-hal absrud seperti ini. Jadinya dia bisa mengontrol diri dari kekagetan. "Dugaan sementara, werewolf ini membuat kesepakatan dengan manusia sehingga kami kesusahan mencari jejaknya. Dia berbaur dengan menyembunyikan auranya, ini tidak mungkin terjadi jika ia tak menjalin kesepakatan dengan manusia."

"Jadi, maksud lo pembunuh yang ramai diberitakan itu bisa jadi adalah werewolf yang sedang kalian cari?" tanya Elka.

Ledrik mengangguk. "Benar. Dilihat dari pola pembunhannya, itu bukan robekan benda tajam seperti pisau, melainkan cakaran."

"Sepertinya dia berkata benar," ucap Andra merenung. "Dilihat seperti apa pun, para korban tercabik-cabik seperti dibunuh binatang buas. Namun, kepolisian menampik karena memang sangat mustahil ada binatang buas yang terlepas."

"Apa itu artinya, werewolf memang sedang bertingkah?" tanya Rimba lagi.

"Kami juga menduga bahwa korbannya tidak hanya satu," timpal Desca. Pemuda itu menatap lurus ke arah Elka. "Hanya saja, korban kali ini berhasil ditemukan warga."

"Atas dasar apa dia datang ke peradaban manusia dan mengacaukannya?" tanya Annisa. Desca beralih menatap gadis berhijab itu.

"Untuk melanggar peraturan. Memberontak. Werewolf dan vampir selalu bertentangan, namun setelah melalui peperangan besar yang membuat beberapa klan terkuat kami tewas, kerajaan werewolf berhasil diruntuhkan. Sejak itu, mereka hidup di atas pemerintahan kami, dan juga patuh dengan segala aturan yang kami buat." Desca menjeda ucapannya sejenak. "Namun, seperti biasa para werewolf selalu serakah. Memberontak lalu terang-terangan menentang peraturan. Salah satunya adalah membuat kekacauan di peradaban kalian, para manusia."

"Itu artinya salah satu peraturan vampir adalah melindungi peradaban manusia? Kenapa?" lanjut Sam bertanya.

Desca menyeringai. "Penguasa semesta sudah menciptakan ciptaannya dengan porsi masing-masing. Lemah dan kuat. Sudah sepantasnya, kami yang diciptakan dengan kekuatan luar biasa, melindungi kaum lemah ras manusia. Bukan untuk menjadi pahlawan, malainkan menjadi penyelaras keseimbangan dunia."

Mendengar penuturan itu, mereka terdiam. Perlahan menyadari satu hal yang jauh berbeda dari cerita-cerita yang mereka baca. Vampir tidak tergila-gila dengan darah manusia.

"Berarti kalian tidak akan menghisap darah manusia, kan?" Annisa menyuarakan isi kepala teman-temannya.

Rimba mendorong pelan kepala gadis itu, sementara Sam menjitaknya gemas. Mereka menatap Desca cemas, namun pemuda itu terlihat bingung dengan pertanyaan Annisa.

Ledrik berdeham untuk mengambil alih. "Bangsa vampir tidak seperti yang ada di otak kalian. Sang penguasa semesta, tidak menciptakan makhluk dengan tanpa sebab. Kami diberi kehidupan tentu juga untuk bisa bertahan hidup. Seperti manusia yang bisa mengonsumsi hewan di sekitarnya melalui proses dimasak, kami juga nyaris sama. Ada hewan-hewan yang hidup di tanah kami, semuanya memadai untuk dijadikan santapan. Memang benar, kami meminum darah, tapi bukan darah manusia. Dan jangan salah, kami juga bisa memakan makanan manusia."

Annisa menggumamkan kata 'wow' pertanda terkesima. Dia jadi tidak takut lagi dengan vampir.

"Tapi ...." Ledrik kembali bersuara dengan nada menggantung. "Kami tidak akan menolak jika ditawarkan untuk menghisap darah manusia."

Seketika, Annisa bernginsut mendekati Sam lalu menyengir dipaksakan. Elka mendecak, dan Andra tertawa kecil. Rimba dan Sam hanya menatap datar, lelucon yang payah.

"Intinya kalian tetap bisa menghisap darah manusia," kata Rimba.

"Tentu saja." Desca menatapnya heran. "Para vampir membutuhkan darah untuk minum, atau membuat kesepakatan. Misalnya, jika kesepakatan tersebut melibatkan manusia, maka vampir harus menghisap darah manusia sebagai tanda serah terima."

"Serah terima?" Andra bergidik ngeri. Lelaki itu memegang lehernya dengan wajah takut. "Bisa dihabisin darah gue."

Desca menatap itu dengan malas. "Kami tidak akan membuat kesepakatan dengan membunuh orang yang terlibat."

Elka mendengus. "Oke. Lupakan! Kita sudah terlalu jauh dari pembahasan awal. Soal werewolf, jika dia ditemukan, apa yang akan kalian lakukan?"

"Tentu saja membunuh. Apa lagi?"

"Kalian memberitahu soal misi, apa itu artinya kita harus bekerja sama?" tanya Rimba.

"Jika itu diperlukan. Dan jika kalian benar bisa membantu," balas Desca.

Andra menyeringai. "Sepertinya kami akan sangat membantu. Berhubung target kali ini bukan manusia biasa, sepertinya kita perlu kerja sama ini."

Annisa mengangguk setuju. "Iya. Tambah lagi, ini berhubungan dengan perbedaan ras. Dan juga ada ikut campur kerajaan ras berbeda."

Elka ikut mengangguk, sepertinya menyetujui gagasan Annisa dan Andra. Ditambah dengan Sam dan Rimba yang terlihat tanpa protes, Elka akhirnya menatap Desca dengan yakin.

"Oke. Kita kerja sama dengan sebuah kesepakatan."

"Kesepakatan?" ulang Desca bertanya. Elka mengamgguk.

"Ya. Kalau kalian yang menemukan orang itu, maka penyelesaiannya terserah kalian. Namun, jika kami yang lebih dulu menemukannya maka penyelesaiannya akan kami urus."

"Bukankah kita sedang bekerja sama?"

"Memang." Elka tersenyum miring. "Kita akan bertukar informasi seputar pencariannya. Tapi, soal eksekusi, kita jalan masing-masing."

Tanpa berpikir lama, Desca mengangguk. "Baik." Lagi pula dia yakin, untuk ke depannya, Elka tidak akan berkata seperti itu.

Pada akhirnya, hanya Elka yang bisa melenyapkan werewolf tersebut.

Desca menyebunyikan senyumnya, kerja sama ini hanya kedok untuk menyamarkan caranya agar bisa membangkitkan kekuatan dari klan Layern di tubuh Elka.

>><<

Masih dalam mode rebahan? Wkwk, ngapain aja selain rebahan?

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang