Bahagian 28. Testpack?
"Baiklah, untuk saat ini silahkan semua kembali ke hotel masing-masing yang sudah disediakan."
Tanpa aba-aba, semua murid dari luar sekolah Bina Bangsa bubar dan menuju hotel. Rafael mengambil tas ransel kecil nya yang berisi beberapa buku yang penting, lalu ia segera berkumpul dengan anggota osis lainnya. "Ayo, semua kita naik bus yang ada di depan."
Setelah menaiki bus, mereka menuju ke hotel. Tempat beristirahat untuk saat ini. Mungkin lusa, mereka akan pulang. Selain lomba kepemimpinan osis, Rafael juga mempelajari banyak hal disini. Guru-guru di sekolah ini pun sangat baik, dan asik jika diajak berbicara.
Setelah sampai, mereka mulai memasuki hotel yang sudah di bagi kamarnya oleh guru. Ia menaiki lift, menuju lantai tujuh. Kamarnya berada di nomor 305, bersama Ridho. Setelah itu, ia menghempaskan tubuhnya yang penat ke kasur yang empuk itu. Satu kamar, berisi dua kasur. Jadi, ia sekamar dengan Ridho.
"Raf."
"Apa?"Jawab Rafael seraya memejamkan matanya.
Ridho memang cukup akrab dengan Rafael. Kadang junior nya itu memanggil kak atau tidak, itu tak masalah baginya. Pertama kali bertemu Rafael, Ridho sangat takut. Saat itu waktu LDKS di Bandung juga, Rafael tak pernah menunjukkan senyumnya. Hal itu membuat adik-adik kelasnya merasa sedikit takut.
"Emang, lomba nya ada hadiah?"
Rafael bercedak, "Gak tau. Katanya sih dapat piala sama penghargaan. Emang kenapa? Mau lo makan?"
"Eng...enggak lah, cuma tanya aja."
Mungkin, hadiah nya berupa penghargaan dan piala. Rafael berharap, tahun ini ia mendapatkan juara satu lagi. Pasalnya, saat ia kelas sebelas dulu dirinya juga mendapatkan juara satu. Namun yang berbeda hanya tempat nya, di Bandung sih. Tapi tidak di sekolah Bina Bangsa.
Setelah mengatakan itu, keduanya kembali diam. Ridho memainkan ponselnya, sedangkan Rafael tengah berkutat dengan laptop yang ada di pangkuannya. Entah pria itu sedang apa, raut wajahnya terlihat sangat serius. Jari jemarinya lincah mengetikkan sesuatu di laptopnya.
Beberapa menit kemudian, ia melihat Ridho yang terlelap. Lantas ia pun membaringkan tubuhnya lagi, memejamkan matanya rapat. Namun lama ia menutupkan matanya, ia tak bisa tidur. Entah apa yang membuatnya tak bisa tidur.
Rafael memutuskan untuk beranjak dari tidurnya, lalu keluar dari kamar itu. Menuruni lift beberapa kali untuk keluar hotel Cakrawala.
Setelah itu, ia duduk di salah satu bangku yang indah. Udara malam mulai menyeruak, menyentuh kulitnya walaupun ia memakai hoodie tebal. Sepertinya disini memang sangat nyaman. Hotel ini berada di dekat bukit-bukit kecil. Namun tak jauh dari jalan raya.
Memori ingatannya kembali ke Devina. Entah ada angin apa ia tiba-tiba memeluk gadis itu tadi. Bicara tentang oerem, membuat ia ingat Caramel seketika. Entahlah, ia merasa ada yang kurang.
"Permisi."
Rafael menoleh, ketika mendengar namanya dipanggil.
"Rafael?"
"Dinda?"
Ucap Rafael tak kalah terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My killer ketos (Sudah Diterbitkan)
Teen Fiction(Tamat) "Gue sumpahin lo nggak punya pacar!" "Siapa bilang, mulai hari ini lo jadi pacar gue. Nggak ada penolakan!" Bagaimana perasaanmu jika kamu diperlakukan seperti itu oleh ketua osis di sekolah mu? Caramel sangat heran kepada cowok itu, mengap...