48. Ada apa?

31.3K 3.2K 634
                                    

****

Rafael memberikan teh hangat kepada Devina. Kemudian, gadis itu menerima nya dengan senang hati. Senyum yang tak bisa luntur sedari tadi membuat Rafael bercedak. Emang kalau orang habis kecebur itu langsung kesurupan ya?

"Makasih raf." Ucap Devina meletakkan gelas itu ke atas meja, tersenyum menatap Rafael.

"Ya. Gue pulang." Rafael hendak bangkit dari duduknya, namun tangannya dicekal oleh Devina.

"Apa lagi sih?"

Devina hanya menunduk. Membuat Rafael mendengus sebal. Seketika ia ingat, ia belum bertanya kepada gadis itu apa yang membuatnya seperti ini. Sebenarnya sih, ia tak peduli. Namun jiwa kepo nya yang meronta-ronta membuat mulutnya mendesak agar bertanya kepada gadis itu.

"Sebenarnya, kenapa lo bisa kaya gini?"

Devina merubah mimik wajahnya, pura-pura bersedih. Gadis itu bersandar pada sandaran kasur. Menselonjorkan kakinya mencari kenyamanan disini.

"Aku di dorong."

Kedua alis Rafael bertaut, semakin kepo dengan jawaban gadis itu. "Siapa?"

"Kamu.. jangan marah."

"Dih, ngapain marah."

"Udah cepetan, gue mau pulang." Lanjut Rafael. Mendengar nada bicara Rafael seperti itu, Devina sedikit bergetar.

"Caramel."

"Hah?!"

Sontak Rafael melebarkan matanya. Ia menggeleng cepat. "Gak mungkin, lo ngarang kan? Sejak kapan lo jadi penulis karangan? Oh ehm, dibayar berapa sih ngarang cerita kaya gitu? Emangnya dibayar ya? Lo kurang bayaran atau kurang belaian?."

Sungguh, Devina dibuat melongo. Perkataan Rafael benar-benar menusuk dari luar juga dalam hati.

"Iya raf bener, aku gak ngarang. Tadi pas ngambil minuman dia ngomong sama aku kalau dia cemburu. Dia marah-marah sama aku raf. Tapi pas aku balik dia malah dorong aku." Jawab Devina serius.

Rafael terdiam lama. Devina melanjutkan perkataannya.

"Padahal aku mau ambil minum, eh dia marah-marah gegara kamu nyuapin aku di UKS waktu itu. Aku nggak ngelawan sama sekali raf, emang dia yang sengaja dorong aku. Lebih baik, kamu putusin aja Caramel. Kamu mau? Berita ini tersebar luas? Gimana tanggapan netijen kalau pacar seorang Rafael ternyata memiliki peran antagonis?"

"Ngapa jadi bahas netijen lo?"

"Kan ini menyangkut harga diri kamu juga!"

"Serah lo." Rafael masih tak menyangka dengan perbuatan Caramel.

Tiba-tiba Devina bergelayut manja nomplok ke lengan Rafael. Cowok itu tak menolaknya, ia masih melamun memikirkan hal itu. Emang benar Caramel melakukan nya? Pikirnya.

"Mendingan sama aku aja raf."

"Apaan sih lo!" Rafael menjauhkan gadis itu darinya sadar dengan perbuatan Devina.

"Denger ya, habis ujian lo harus benar-benar menjauh dari gue. Selama ini gue udah turutin kemauan lo. Habis ini, lo gak usah ngeganggu gue sama Caramel lagi. Dan ya, lo gak usah berharap lebih sama gue lagi. Gue udah ingetin sama lo, udah beberapa kali gue bilang kalau cinta gak bisa di paksa. Sikap lo yang kaya gini nih yang ngebuat gue gak suka sama lo. Ilfiel tau gak?"

"Kamu jah—"

"Iya, gue emang jahat. Kenapa? Gak suka? Kenapa gak dari dulu aja."

Devina menunduk takut. Namun setelahnya ia berani menatap manik mata Rafael yang mengisyaratkan kemarahan. "Raf, aku rela ngelakuin apa aja demi bisa sama kamu."

My killer ketos (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang