42. Lari pagi

32.3K 3.3K 111
                                    

Bahagian 42. Lari pagi





Pagi ini Rafael  berniat untuk lari pagi di sekeliling komplek nya. Weekend ini mungkin lebih baik dari sebelumnya, berolahraga di pagi hari. Biasanya sih, ia nge gym dengan teman-temannya. Tetapi kali ini, ia memutuskan untuk lari pagi saja. Lagipula, ia juga lama tak lari pagi seperti ini.

Jam baru menunjukkan pukul enam, namun pria itu sudah bersiap-siap. Kini ia sedang memasang sepatu olahraga nya. Lalu berjalan menuruni tangga.

"Bun, Rafa pergi dulu."

Ucapnya ketika melewati meja makan. Dan hanya ada bunda nya saja, tengah menyiapkan sarapan mungkin.

"Iya, kamu gak mau sarapan dulu?"

"Nanti aja," Jawab Rafael seraya memasukkan air galon ke dalam botol minumnya. Lalu membawanya dan mengalungkan handuk kecil di lehernya.

"Mau kemana raf?"

Langkah Rafael berhenti, "Lari pagi. Papa mau ikut?"

Anton, papanya tengah duduk yang berada di teras rumah seraya membaca koran seketika bertanya saat melihat anaknya melewati dirinya. "Gak ah, emangnya Arsen gak mau ikut?"

Rafael memutar bolanya malas, tentu saja sudah ia pastikan jika adiknya itu saat ini masih ngorok di kasur nya. Baginya, kasur dikamar itu surga dunawi. Memang biasa, Arsen yang bangunnya sulit, akan tetapi Rafael kebalikannya. "Dia masih ngorok, emang papa mau bangunin dia?"

Anton bergidik ngeri mendengar nya, pernah suatu hari beliau membangunkan Arsen. Namun anak nya itu malah memukuli nya dengan kaki.

"Gak mau, yaudah hati-hati. Awas kesandung semut."

Rafael menggelengkan kepalanya menggerutu mendengar perkataan papanya. Tak perlu banyak kata,ia segera membuka gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Ia mengerinyit, ketika mendapati seorang gadis tengah berlari kecil di tempat. Kaki Rafael pun menghampirinya,

"Ngapain lo?"

"Pagi-pagi banget udah bangun."

"Kesambet?"

Caramel melotot, ia menggeplak lengan Rafael. Membuat sang empunya mendengus kesal, kan ia cuma tanya!

"Maaf-maaf aja nih ya, gue gak mood jalan sama lo."

"Dih, siapa yang mau ngajak jalan. Halu lo ketinggian!", Sembur Rafael lalu melenggang pergi berlari kecil.

Sedangkan Caramel mencak-mencak di tempat, bibirnya komat-kamit. Ia jadi malu mengatakan hal itu tadi. Namun setelahnya ia terkikik geli, lalu mengikuti Rafael di belakangnya. Ia berlari kecil seperti yang dilakukan oleh Rafael. Tangannya mencabut rambut pria itu, membuat Rafael memekik. "Aduh copot!"

"Rasain lo! Wleee!". Teriak Caramel berlari mendahului nya seraya menjulurkan lidahnya mengejek Rafael.

Mereka berdua menjadi sorotan para ibu-ibu yang tengah berbelanja di mang Koko. Si tukang sayur yang biasa keliling di komplek ini. Rafael mendengus, menatap punggung Caramel tajam.

My killer ketos (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang