39. Maaf

35.9K 3.5K 138
                                    

Bahagian 39. Maaf



Rafael dan pak Rizal berjalan santai di sepanjang koridor. Ia tadi sudah berdiskusi dengan pak Rizal masalah studi tour Minggu lalu.

"Jadi, mungkin ini jadi atau enggak... Karena papa kamu tidak setuju kalau studi tour dilaksanakan Minggu depan. Papa kamu setujunya habis kelas dua belas ujian. Jadi... Gimana menurut kamu?"

Papa Rafael selaku pemilik sekolah ini, jadi ia juga mengusulkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan disini. Apalagi, kepala sekolah nya itu juga teman baik beliau.

"Ya... Setuju sih pak. Jadi habis kita ujian, kita semua bisa senang-senang."

"Yaudah, nanti kita bicarakan lagi."

Rafael mengangguk patuh, seorang cewek yang berjalan dari arah depannya membuat pak Rizal dan Rafael memberhentikan langkahnya. "Kamu baru datang?" Tanya pak Rizal setelah melihat gadis itu masih membawa tas. Sedangkan kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung beberapa menit yang lalu.

"Ehh, enggak pak tadi saya disuruh Bu Ina ngantar buku ke perpustakaan." Jawab Caramel seraya menggaruk rambutnya.

Pak Rizal menatap gadis itu menyelidiki.

"Kalau gak percaya, tanya aja sama Bu Ina."

"Bapak percaya kok."

Membuat Caramel tersenyum senang, ia melirik Rafael yang menatapnya juga. "Kalau gitu Caramel pergi."

"Tunggu!"

Caramel mendengus, lalu membalikkan badannya. "Kenapa?"

"Kaos kaki lo emang modelnya gitu?"

Mati gue.

Pak Rizal menggelengkan kepalanya melihat itu, belia menepuk pundak Rafael. "Kamu urus si biang onar dulu, bapak mau ke kantor." Setelah mengatakan itu, pak Rizal pun pergi dari hadapan mereka berdua.

Kini hanya tinggal Rafael dan Caramel di koridor yang sepi itu. Rafael memajukan langkahnya. "Kaos kaki lo kemana? Hilang? Lari?", Rafael menggelengkan kepalanya melihat kaos kaki Caramel yang satu hitam dan yang satunya putih. Apalagi, yang hitam pendek namun masih kelihatan, tapi yang putih jelas-jelas terlihat panjang. Apakah Caramel tak punya urat malu?

Caramel memutar bolanya malas, "Dicuci sama mama."

"Habis istirahat, bersihin toilet."

"Hm,"

Rafael mencekal tangan Caramel yang hendak pergi, membuat gadis itu menatapnya nyalang. "Apa lagi sih?"

"Lo masih marah sama gue?"

"Pikir aja sendiri." Ketus Caramel lalu melenggang pergi dari hadapan cowok itu.

•••

Setelah jam istirahat, Caramel pergi ke toilet untuk melaksanakan hukumannya. Lumayan, ia tak mengikuti pelajaran pak Harto hari ini. Pasalnya, guru kimia itu jika memberi tugas tak segan-segan untuk memperbanyak nya sebanyak gudang. Ia juga sudah izin kepada guru itu. Sekarang, gadis itu sudah berada di toilet perempuan.

Setelah membersihkan nya, ia beralih pada alat untuk mengepel lantai. "Capek banget huh, dasar Fael setan!"

Sedang asik menunduk karena memaju mundurkan alat pel nya, ia melotot ketika langkah kaki itu mengecap di lantai. Alhasil, lantai yang sudah di pel oleh caramel menjadi kotor.

My killer ketos (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang