33. Makan lagi

37K 3.6K 172
                                    


"Shhh.. aww pelan-pelan Fael..."

"Nghhh..."

"Ahh aww S-ssakit El..."

"Tahan Mel, dikit lagi ini!"

Gema dan dan Arsen saling tatap. Kala mendengar suara perempuan yang tak lain ialah Caramel dan Rafael dari dalam kamar Rafael. Otak kedua pria itu traveling, mendengar suara Caramel. Telinga nya ia tempelkan di pintu kamar, agar leluasa bisa mendengar nya.

"Dobrak gak ya?"

"Dobrak aja kalau kebablasan gimana?"

1...2....3

Brak!

Reflek kedua remaja itu menoleh dari asal suara. Karena kegiatan mereka terganggu, sedangkan Arsen dan Gema Saling tatap.

"Kalian ngapain?"

"Apasih, kita nggak ngapa-ngapain!"

Caramel menatap keduanya bingung. Saat ini ia duduk di kasur Rafael dengan pria itu yang memegang kedua telapak tangannya.

"Ngapain? Orang gue ngobatin Caramel kok."

Arsen dan Gema menghela nafasnya lega, salah paham cuy!

Fyi, tadi saat Caramel hendak keluar dari kamar Rafael, ia tak sengaja menyenggol vas bunga yang berada di meja. Dengan bodohnya, gadis itu malah mencakup pecahan kaca dengan kedua tangannya membuka tangan gadis itu berlumuran darah.

"Kenapa sih?,"

Arsen dan Gema menggeleng cepat, "E-enggak. Gue kira lo berdua tadi ehem-ehem!". Sahut Gema menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Rafael dan Caramel melotot, "Enak aja, orang Fael ngobatin gue kok!"

"Terus, kenapa kak Caramel desah gitu tadi?"

"Ya, sakit lah!"

"Udah-udah, keluar lo berdua!". Rafael menatap keduanya garang.

"Iya-iya!" Sewot Arsen malas lalu keluar dari kamar kakaknya itu. Lalu diikuti oleh Gema dibelakangnya.

Rafael mengalihkan perhatian nya, lalu melanjutkan mengobati tangan gadis itu. Kedua telapak tangannya kini sudah di perban oleh Rafael. Caramel menatap telapak nya, "Kok kaya mummy sih?"

Rafael memutar bolanya malas, "Salah lu sendiri, pake mecahin vas segala!" Gerutu lelaki itu.

"Iya deh iya."

Setelah itu, Caramel meraih ponselnya lalu merebahkan dirinya di kasur. Namun gadis itu merasa kesal, karena tangannya sulit digerakkan. Akibat kedua telapak tangannya yang di perban. Juga sepuluh jarinya tak bisa ia gerakkan.

Rafael yang melihat itu lantas memutar bolanya jengah. Melihat jam beker yang berada di nakas, menunjukkan pukul setengah tujuh.

"Cepet mandi, habis itu keluar."

"Hmm,"

"Buruan!"

My killer ketos (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang