Menghabiskan waktu bersama orang yang nggak begitu kukenal bukanlah hal yang dapat aku lakukan dengan mudah. Sekali lagi, aku tipe orang yang nggak begitu banyak bicara. Aku sulit membangun obrolan dengan orang baru. Aku tidak pandai berbasa-basi. Kemampuann bersosialisasiku jauh dibawah Tari dan Dira. Dikira sombong kayaknya sering banget aku alami.
Bukannya aku tidak tahu, waktu sekolah atau kuliah dulu cukup banyak cewek-cewek yang nggak menyukaiku. Sepanjang hidupku, teman wanitaku hanya Dira. Lalu baru-baru ini aku merasa nyaman bersama Tari. Selebihnya, di awal mereka bakal bersikap manis di depanku lalu pelan-pelan menikamku dari belakang. Aku tidak terlalu ambil pusing soal itu. Bagiku, tidak masalah hanya punya satu teman. Itu lebih dari cukup daripada punya banyak tapi nggak ada satupun yang tulus.
Orang yang benar-benar aku izinkan untuk masuk ke dalam kehidupanku sangat sedikit sekali. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Untuk Shannon saja yang merupakan sepupuku, baru dua tahun ini aku akrab dengannya. Mungkin karena faktor orang tuaku sudah bercerai. Aku tidak terlalu sering ikut dalam acara keluarga Mama. Ditambah lagi, Shannon sekolah di luar negeri.
Bicara soal Shannon, cewek itu akhirnya bisa dihubungi. Saat menunggu Aldian snorkeling, Shannon menelponku. Meminta maaf dan menjelaskan soal keadaanya yang mabuk dan dibawa oleh teman-temannya. Tidak bisa menyalahkannya, aku hanya berkata 'tidak apa-apa'. Shannon yang masih merasa tidak enak, menawarkan untuk mengantarkanku ke bandara karena tahu aku memesan tiket pulang-pergi kemarin. Dan hari ini adalah jadwal kepulanganku. Tepatnya jam sepuluh malam nanti. Aku menolak, tentu aja. Aku ingin segera menyelesaikan kesepakatanku dengan Aldian sehingga tidak perlu terlibat lagi dengan cowok itu.
Aku tidak membencinya. Aku hanya kurang suka sifatnya yang seenaknya. Apalagi ada beberapa bagian dalam dirinya yang mengingatkanku pada Lando. Mereka punya hobi dan selera musik yang sama. Bahkan aku berusaha untuk nggak berkomentar apapun saat perjalanan kami diisi oleh lagu-lagu coldplay, radiohead, blink, the 1975. Band itu adalah band favorit Lando. Lando juga suka aktivitas olahraga air kayak snorkeling, sky diving, surfing dan segala macamnya yang tentunya nggak pernah aku coba. Untungnya, Lando nggak mata keranjang kayak Aldian. Itu poin yang sangat kusuka dari Lando.
Sepanjang bersamanya hari ini, mata Aldian tidak pernah melewatkan cewek-cewek cantik berbikini dan bertubuh seksi. Dia bahkan maledeni beberapa cewek yang mendekat serta mengajaknya berkenalan. Cowok kayak Aldian pastilah tipe cowok yang tahu kalau dirinya ganteng. Dan cowok seperti itu kebanyakkan nggak akan pernah cukup dengan satu cewek atau mau terikat dalam sebuah komitmen. Dia tahu kalau dia bisa menarik perhatian cewek manapun yang ia mau.
"Lo ngambek?" Sentuhan di bahuku bikin aku menoleh. Ada Aldian yang menyipitkan matanya padaku.
"Kenapa saya harus ngambek sama kamu?"
"Mana gue tahu. Lo sendiri yang jalan duluan kayak cewek yang ngambek sama pacarnya." Aku berniat protes, namun tertahan oleh tanganku yang dalam sekejab berada dalam genggamannya. "Nggak usah pakek segala ngambek. Gue nggak akan bujuk-bujuk lo. Mending lo langsung ngomong aja apa yang bikin lo ngambek. Jadi, kita nggak perlu buang banyak waktu." Dia terus bicara sambil menarik tanganku. Bikin aku terus kehilangan peluang untuk menyuruhnya melepaskanku. "Lagian waktu gue bareng lo tinggal..." ucapannya terhenti untuk mengecek jam di tangan rolexnya. "delapan jam lagi. Gila, cepet banget. Lo beneran harus pulangnya malem ini banget?" tanyanya. Kali ini memalingkan kepalanya untuk melihatku.
Aku mengangguk. "Saya udah pesen tiket."
"Gue ganti deh duitnya."
Mataku memutar. Dasar, sok kaya. "Saya punya cukup uang untuk membiayai hidup saya sendiri. Dan besok saya juga harus masuk kantor."
Aldian berdecak. Tidak membahasnya lagi. Justru ia mengalihkan ke hal lain. "Lo nggak ada plan mau kemana? Dari tadi lo ngikut gue doang."
"Nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Think I'm Pretty
ChickLit[COMPLETED] Melupakan seseorang yang dicintai bukan persoalaan yang mudah. Setidaknya ia sedang berusaha. Pun bagaimana, Irene tidak bisa menyimpan perasaaan pada mantan pacarnya tersebut. Sebab, sekarang mantan pacarnya telah menikah dengan sahabat...