t h i r t y f i v e

15K 1.7K 282
                                    

Kepulanganku ke Banjarmasin tidak serta merta untuk meminta kejelasan dan meluruskan kesalahpahaman. Namun juga menyadarkanku agar menyelesaikan masalah dengan cara berkomunikasi. Kendati kecewa karena mereka menutupi ini dariku. Aku juga sadar mereka melakukan ini untukku. Pun mereka bukan suami atau istri yang baik. Mereka tetap orang tua yang baik buatku.

"Kamu nggak harus mencari pasangan yang seperti Ayah. Yang terpenting laki-laki yang mendampingi kamu nanti adalah laki-laki yang tulus mencintai kamu. Yang mau bekerja sama membangun rumah tangga bersama kamu. Yang mau berkompromi dengan kekurangan yang kamu miliki. Dan orang itu nggak harus seperti Ayah, Irene." Begitu pesan Ayah sampaikan ketika akan pulang ke Jakarta. Ayah masih menjadi tempatku berkeluh kesah. Selama penerbangan kembali ke Jakarta. Ucapan Ayah menyadarkanku akan keraguanku pada Aldian.

Sejak dulu aku memang cenderung menarik diri ketika punya masalah. Aku selalu membutuhkan waktu dengan diriku sendiri. Mungkin caraku sedikit salah karena tidak memberitahunya. But I'm trying to fix it. Aldian lebih dewasa dari yang kukira. Ia nggak memberitahuku karena nggak ingin ikut campur dengan masa laluku. Apalagi masa laluku berhubungan dengan temannya. Aku sempat mengira hubunganku dengan Raka dulu akan sedikit menyinggungnya, ternyata aku salah.

"I don't care about your past, Irene. I really don't care. Aku cuma peduli dengan apa yang terjadi sekarang dan lagi mempersiapkan masa depan kita."

Cheesy. Aldian benar-benar pandai dalam ber-sweet talk. Aku nggak akan menyangkal itu. Anehnya, meski aku tahu itu bagian dari lip service-nya, aku tetap melambung mendengar kata-katanya. Masa depan kita...apa kita benar-benar punya masa depan itu, Al?

Aku tahu aku nggak boleh pesimis. Hanya aja, kegagalan yang aku alami sedikit banyaknya menurunkan rasa percaya diriku akan kelanggengan sebuah hubungan. Berpikir menjalin hubungan dalam waktu secepat ini pun aku nggak punya. Aldian hadir di saat aku sama sekali nggak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Tapi bukan berarti aku menyesal mencoba dengannya. Bersama Aldian membuatku merasa semuanya akan baik-baik saja.

"Morning, beautiful." Sapaan lembut bercampur suara seraknya membuat kedua ujung sudut bibirku tertarik membentuk senyuman. Mataku terpejam kala lengannya melingkar di pinggangku lantas menarik pelan hingga tubuhku dan tubuhnya menjadi tanpa jarak. Aroma tubuhnya memasuki indera penciumanku. Wanginya menyengarkan. Padahal ia baru bangun tidur.

Keningku mengernyit tatkala merasakan sentuhan lembut di bibirku. Benar saja, kala mataku terbuka, Aldian tengah memandangku dengan posisi wajah yang saling berhadapan. Jarinya menyentuh bibirku dengan senyum miring yang menghiasi wajahnya.

You know, membayangkan kembali merasakan perasaan ini, dicintai dan mencintai, mempunyai seseorang sebagai tempat bersandar adalah berkah yang nggak semua orang bisa dapatkan. Terbangun lalu mendapati wajah seseorang yang tersenyum padaku dan memberi kehangatan di tengah dinginya udara pagi... I feel like I'm dreaming.

"Morning," aku balas menyapanya, mengulurkan tangan untuk menepikan rambut yang menempel di dahinya. Rambut Aldian kini lebih panjang hingga menutupi kening. Tanpa kemeja fit body serta jas mahal yang membalut tubuhnya dan ia hanya menggunakan kaos putih—Aldian kelihatan lebih muda dari usia aslinya. Aku membayangkan ia menyandang tas serta kamera di lehernya. Orang-orang akan menyangka ia mahasiswa DKV tingkat akhir yang lagi menyusun skripsi alih-alih Direktur Eksekutif.

"You look cute." Ungkapku dengan senyum kecil.

"Cute?" sahutnya dengan nada nggak percaya. "This is the first time I've heard someone call me 'cute'."

"Emangnya biasanya mantan date kamu bilang kamu apa?"

"Hot," dia menyeringai lantas memajukkan wajah, berbisik di telingaku, "sexy," kurasakan tangannya mengusap punggungku, "dangerous," dan diperburuk dengan bibirnya yang mulai mencium bagian belakang telinga yang memberi sengatan listrik di sekujur tubuhku. "Something like that."

You Think I'm PrettyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang