Aku nggak bisa tidur nyenyak selama seminggu ini. Bayangan tentang apa yang terjadi denganku dan Aldian terus menghantuiku. Setiap kali mataku jatuh pada sofabed, maka bayangan intim itu kembali muncul dalam benakku. Sekeras apapun aku mencoba untuk melupakan, yang ada, ingatan itu terus datang. Nggak seharusnya hal itu terjadi. Nggak seharusnya Aldian menciumku. Dia bahkan nggak cukup mabuk untuk melakukannya. Kami memang minum wine, tapi itu bahkan nggak sampai tiga teguk. Seingatku Aldian bahkan baru meneguk wine-nya satu kali.
Sebenarnya apa sih yang ada di otaknya sampai berani menciumku? Padahal aku sudah merasa kami benar-benar akrab seperti teman. Akan tetapi kejadian seminggu lalu, menjelaskan semuanya. Dia nggak pernah menganggapku begitu.
"Ren, nggak keluar?" lamunanku buyar ketika merasakan pundakku diguncang pelan. Kala menoleh, aku melihat Mbak Yura berdiri di belakang kursiku. Menyadarkanku kalau meeting telah usai.
"Bentar lagi, Mbak," jawabku menyunggingkan senyum. "Mbak duluan aja."
Mbak Yura menatapku sejenak lalu mengangguk meski kurasakan ada yang ingin ia tanyakan tapi ditahan. "Oke, kalau gitu gue duluan ya."
"Iya, Mbak."
Mbak Yura kini benar-benar keluar dari ruang meeting. Menyisakanku sendiri. Aku memejamkan mata. Membenamkan wajah dalam telapak tangan. Jantungku bahkan masih berdetak kencang tiap kali bayangan itu muncul. Bagaimana ia menciumku, bagaimana lidahku masuk ke dalam mulut, semuanya tergambar jelas sampai rasanya bibirnya pun masih kuingat.
Sampai detik ini, aku nggak berani bertemu Aldian. Jangankan ketemu, membalas chat-nya aja aku nggak mampu. Seminggu ini, aku terus menjauhi cowok itu. Waktu ia datang ke kantor, aku meminta Jihan memberitahu padanya aku telah pulang lebih awal. Kenyataannya aku lembur agar bisa pulang larut malam dan nggak bertemu dengannya apabila ia juga mendatangi apartemenku. Bahkan tiga hari ini aku memilih tidur di rumah Mama agar benar-benar terhindar dari Aldian.
Sepertinya aku belum bilang kalau aku sudah berbaikan dengan Mama. Aku memang lumayan sering bertengkar dengan Mama. Akan tetapi, seminggu kemudian kami akan kembali berbaikan. Kalau nggak aku yang nelpon duluan, maka Mama yang akan melakukannya. Setelah kejadian itu, Mama nggak pernah lagi mengatur perjodohan apapun untukku. Hubungan kami juga lumayan membaik meski aku masih nggak betah lama-lama tinggal di rumah Mama. Makanya, rencananya hari ini aku akan kembali ke apartemenku.
Aku menghela napas berat, membereskan barang-barangku, siap untuk beranjak. Namun waktu mau berdiri, ponselku bergetar, ada pesan dari Aldian.
Aldian
please, call me when you want to meet me.
lo ga akan terus main kucing-kucing kayak gini kan, Irene?*
"Elo masih sering hangout sama Aldian, Ren?" Pertanyaan Dira sontak bikin tenggorakanku kering. Pagi tadi ia menghubungiku dan memintaku untuk datang ke apartemennya guna mencicipi masakkannya. Sejak tahu aku ikut cooking class, Dira bersamangat menjadikanku juri yang akan mengomentari masakkannya. Sebenarnya ia berniat untuk ikut cooking class bersamaku. Tapi Ibunya bilang kalau bisa belajar dari beliau, kenapa harus ikut cooking class? Aku bisa membayangkan bagaimana ekspresi Dira setelahnya, cewek itu pasti langsung cemberut dan nggak bisa membalas lagi. Meskipun suka bilang Ibunya terlalu banyak aturan, kutahu Dira nggak pernah membantah perkataan Ibunya.
Biasanya aku nggak sendiri. Tari akan berperan sebagai Chef Juna yang memberikan kritikan super pedas. Namun Tari lagi ada acara keluarga, jadilah hanya aku yang datang hari ini.
"Huh? Nggak sering kok. Kalau ada waktu aja. Lo tahu sendiri Aldian bukan orang yang bisa gue ajak hangout kapan aja." Aku menjawab dengan suara sesantai mungkin. Lantas buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan mengutarakan pendapatku soal gulai ikan yang ia buat. "Kalau di gue udah pas sih Ra, mungkin lo tambah dikit aja garamnya. Lando kan suka makanan yang agak asin."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Think I'm Pretty
Chick-Lit[COMPLETED] Melupakan seseorang yang dicintai bukan persoalaan yang mudah. Setidaknya ia sedang berusaha. Pun bagaimana, Irene tidak bisa menyimpan perasaaan pada mantan pacarnya tersebut. Sebab, sekarang mantan pacarnya telah menikah dengan sahabat...