Setelah putus dari Lando, bukannya aku nggak pernah mencoba membuka hati kembali. Aku memang galau berat waktu itu, meski kuyakin nggak satu orang pun menyadarinya. I don't know, it's good or not, aku memang sangat pintar menutupi perasaanku.
Aku putus dengan Lando di hari aku sidang skripsi. Sebelumnya, hubungan kami memang agak renggang. Lando yang sedang dalam proses meniti karir, disibukkan oleh pekerjaanya. Aku yang terobsesi ingin lulus lebih cepat, mengalami banyak kendala dalam proses penyusunan skripsi. Di kala itu, aku sedikit sensitif. Biasanya aku tidak pernah mengeluh, namun waktu itu aku selalu mengeluh pada Lando. Tentang skripsiku, tentang cibiran orang-orang padaku, tentang dirinya yang nggak pernah punya waktu untukku. Dan Lando selalu mendengarkanku, dia nggak berusaha membela diri, malah meminta maaf karena nggak bisa selalu ada buatku. Sisi Lando yang itu, selalu membuatku tidak bisa marah lebih lama padanya.
Setahun bersamanya, Lando selalu mendukungku. Aku sangat nyaman bersamanya, bahkan ada beberapa hal yang tidak kuceritakan pada Dira tapi malah kuceritakan pada Lando. Ia sama sepertiku, kami sama-sama nggak banyak bicara. Kenapa dulu aku sering mengajak Dira saat jalan dengan Lando? Selain dari Dira baru putus dan aku ingin menghiburnya, Dira lebih dulu berteman dengan Lando karena mereka ada di UKM yang sama—kehadiran Dira akan memecah balok es antara kami yang saat itu masih malu-malu di awal pacaran.
Aku nggak tahu sejak kapan Lando suka sama Dira. Entah saat kami pacaran, setelah putus, atau baru-baru ini, aku nggak berani untuk mencari tahu atau menanyakkan. Mengetahuinya di saat hatiku masih begitu rapuh, kurasa itu bukan hal yang baik untuk jiwaku.
Dira orangnya memang agak kekanakan, labil, dan baperan. Namun lebih dari pada itu, aku tahu dia bukanlah tipe sahabat yang akan dengan sengaja menyakiti sahabatnya sendiri. Alasanku menyerah pada Lando karena aku tahu Dira pun akan melakukan hal yang sama jika ada di posisiku.
Jujur, aku tidak tahu kalau Dira dulu suka Randu. Dira memang mudah akrab dengan orang baru. Dia menyenangkan, lucu, dan banyak bicara. Semua orang akan nyaman bersamannya. Namun ternyata bukan aku saja yang pintar menutupi perasaanku. Sepertinya, semua perempuan pintar melakukan itu.
Ketika sadar kalau Randu sedang melakukan aksi pedekatean denganku, aku memang tidak mengelak karena saat itu aku nggak tahu kalau Dira naksir Randu. Aku selalu mencoba membuka hati untuk cowok baik kayak Randu. Dia punya kepribadian yang sopan, aku rasa aku tidak punya alasan untuk tidak memberinya kesempatan. Namun semakin aku dekat dengan Randu, semakin aku sadar kalau aku nggak merasakan apa-apa pada cowok itu. Tidak ingin membuat harapannya semakin besar untuk hubungan kami, aku menolaknya saat cowok itu mengajakku berpacaran. Setelah dengan Lando, aku sempat berpacaran dua kali. Dan itu sangat singkat—aku tidak ingin, kalau hubunganku yang kali ini juga berakhir singkat yang malah terkesan kayak aku lagi main-main. Jadi kupikir, lebih aku menunggu benar-benar yakin baru memulai hubungan yang serius.
Lalu tiba-tiba Randu memberitahuku, jika awalnya ia ingin mendekati Dira tapi malah lebih tertarik padaku. Dan juga Dira yang sempat naksir dirinya waktu awal mereka dekat. Hal itu membuatku tercenung. Terbayang akan bagaimana Dira yang dulu selalu berusaha menjadi mak comblang antara aku dan Randu. Padahal kala itu ia mungkin masih menyimpan rasa pada Randu.
Perasaan bersalah langsung memanjarakanku. Dua kali lipat dari saat hal yang sama terjadi ketika kami kuliah dulu. Hanya saja, waktu itu Dira sangat ekspresif menunjukkan betapa ia membenci situasi itu. Ia bahkan mendiamiku selama tiga hari sebelum akhirnya meminta maaf atas sikapnya yang kekanakan. Sejak hari itu, aku nggak mau kejadian sama terulang lagi antara kami. Namun kayaknya ini mungkin semacam karma buatku. Sekarang aku tahu, gimana rasa berada di posisi Dira, baik saat kuliah dulu ataupun saat dia naksir Randu. Menyakitkan. Sangat. Tapi pengorbanan seperti ini sepedan apabila itu dilakukan untuk orang yang kusayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Think I'm Pretty
ChickLit[COMPLETED] Melupakan seseorang yang dicintai bukan persoalaan yang mudah. Setidaknya ia sedang berusaha. Pun bagaimana, Irene tidak bisa menyimpan perasaaan pada mantan pacarnya tersebut. Sebab, sekarang mantan pacarnya telah menikah dengan sahabat...