Proyek iklan telah berhasil kurampungkan. Meski banyak kendala yang aku alami—dimana salah satunya tidak adanya Pak Dimas—yang bikin aku nggak punya tempat berdiskusi. Namun hal itu nggak ingin kujadikan alasan. Daripada memenuhi kepala dengan ketidakberhasilan mending aku mencari solusi.
Entah sudah berapa hari aku pulang larut malam dari kantor. Bahkan terkadang aku akan membawa pekerjaanku ke apertemen. Jam tidurku berantakan dan kantung mataku semakin besar. Tari bahkan prihatin dengan keadaanku. Sekali-kali, cewek itu akan menemaniku lembur dengan membawa makanan kesukaanku. Ayam richeese. Setiap orang pasti punya berbagai cara untuk melampiaskan stress-nya. Untukku, saat sedang stress, aku akan melarikannya ke makanan pedas. Tidak ada alasan khusus, aku hanya merasa beban yang menghimpit kepalaku sedikit terobati kala rasa pedas itu mengigigit lidahku.
Di tengah kesibukan itu, Aldian tak henti mengirimiku chat. Terkadang ia bisa sangat random. Contohnya seperti ini
Aldian
lo punya adek?Irene
gaAldian
kakak? abang?Irene
saya anak tunggalAldian
okDan seperti itu saja, ia tidak menjelaskan alasan kenapa ia bertanya soal aku punya adik atau tidak. Apa kepentingannya untuk menanyakan itu?
Lalu bisa saja dia mengirimiku chat seperti ini.
Aldian
gue heran kenapa cewek-cewek tergila ama don massimo.Irene
well, simply, he's hotAldian
you kiddingIrene
no offense, but..
he's hot more than youAldian
You don't know me that well, darl.Sebenarnya aku sama sekali nggak merasa terganggu dengan chat Aldian. Meski ia kerap kali mengirimnya saat aku sedang sibuk-sibuknya. Pun aku balas tiga jam kemudian atau keesokan harinya, Aldian tidak pernah bertanya atau protes. Chat Aldian entah kenapa bikin rasa capekku sedikit berkurang, aku kayak punya hiburan setelah penat bekerja. Kurasa berteman dengan Aldian memang bukan hal yang buruk. Dia memang agak menyebalkan, namun dia juga menyenangkan.
Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan chat Aldian setiap harinya—tidak mendapatkan chat apapun selama lima hari ini bikin aku jadi sedikit bertanya-tanya. Tapi aku terlalu enggan untuk mengirimnya pesan lebih dulu. Aku bukan tipe orang yang gampang mengirimi seseorang chat kalau memang tidak ada keperluan penting atau mendesak. Lagian aku juga sibuk merayakan final proyek divisiku dengan makan-makan di cafe dekat kantor sebelum melanjutkannya dengan karaoke.
Rencananya, aku ingin tidur sampai siang di weekend ini—karena sorenya aku harus menghadiri cooking class—sekalian membayar jam tidurku yang banyak terkikis. Namun di jam sepuluh, Tari menelponku dan mengajakku untuk nyalon bareng. Aku sudah menolak dan bilang ingin beristirahat. Akan tetapi satu jam kemudian, Tari sudah muncul di balik pintu apartemenku dengan penampilannya yang selalu modis.
Tidak dapat menolak lagi, disinilah aku sekarang. Duduk berdampingan—dengan aku yang lagi cemas karena rambutku tengah di potong. Tiga puluh menit yang lalu, Tari menyarankanku untuk mengubah gaya rambutku yang katanya terlalu 'biasa aja'. Baiklah, aku mengakui kalau aku memang tidak se-anak salon Tari dan Dira. Biasanya aku hanya akan mengcreambath rambut dan SPA—itu pun kalau mereka (Tari sama Dira) dan Mama mengajakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Think I'm Pretty
Romanzi rosa / ChickLit[COMPLETED] Melupakan seseorang yang dicintai bukan persoalaan yang mudah. Setidaknya ia sedang berusaha. Pun bagaimana, Irene tidak bisa menyimpan perasaaan pada mantan pacarnya tersebut. Sebab, sekarang mantan pacarnya telah menikah dengan sahabat...