t h i r t e e n

12.3K 1.5K 127
                                    

Kapan terakhir kali gue mendekati cewek ala anak SMP gini? Kayaknya nggak pernah. Seingat gue belum ada cewek yang menolak ajakan kencan gue selama eksistensi gue hidup dua puluh delapan tahun di Bumi. Ini benar-benar perdana. Eksklusif. Mungkin kalau Jia tahu, cewek itu akan mengejek gue habis-habisan. Soalnya dari semua orang yang mengenal gue—Jia yang paling paham sepak terjang gue dalam urusan cewek. Dia bahkan mengetahui dirty little secret yang nggak orang-orang ketahui. Makanya seperti yang gue mention sebelumnya; Jia itu kayak bom atom. Yang ledekkan bisa membikin gonjang ganjing dunia gue.

Untuk kali ini, gue nggak akan membiarkan Jia mengetahui gimana hopeless-nya gue gara-gara ditolak cewek. Sampai-sampai gue buat alasan ingin berteman supaya tetap bisa dekat sama dia. Mengirimnya chat yang bukan gaya gue banget.

Aldian
apa yang lo lakuin kalau ga bisa tidur?

Itu adalah chat yang gue kirimkan pukul sebelas malam, di atas tempat tidur dengan keadaan lampu yang sudah gue matikan. Butuh waktu sepuluh menit sampai Irene membalas.

Irene
pejamin mata. nanti juga ketiduran sendiri.

Aldian
not working. gue udah pejamin mata dari jam sepuluh tadi. anything else?

Kali ini Irene membalas cepat.

Irene
nonton film?

Aldian
Gue ga terlalu suka nonton film.

Irene
really? Tapi kamu tahu 365 days.

Aldian
kecuali film itu.

Irene
boys will be boys ya.
kalau dengerin lagu gimana?

Aldian
ada rekomendasi lagu yang bikin cepet tidur?

Dan chatting itu ditutup dengan Irene mengirimkan link personal playlist spotity-nya. Ada sepuluh track yang dirangkum dengan title when you can not sleep. Nggak hanya lagu-lagu luar ada juga lagu-lagu lokal yang baru gue dengar eksistensinya. Mulai dari CHPTR-hold it all together, the hollow men- it's alright, AJIMAL-how could you disappear?, Sore-pergi tanpa pesan, Jalan Pulang-percakapan tangis, Fiersa Basari-kau.

Untuk selera musik, gue nggak terlalu keberatan dengan pilihan Irene. Mungkin sebagaian orang menganggap itu nggak penting, tapi terlalu banyak perbedaan juga bencana. At least, saat terjebak macet. Kami nggak akan ribut soal pilihan lagu. Bentar, kok gue udah visioner aja soal masa depan gue dengan Irene?

Padahal belum ada perkembangan apapun selain dari chat gue nggak pernah berakhir nggak di balas. Sudah seminggu ini gue berasa cupu macam bocah SMP karena cuma deketin cewek lewat chatting doang. Ngeliat Irene yang lebih memilih jadi teman daripada kencan dengan gue bikin gue jadi agak hati-hati dalam mengambil langkah.

"Jam sepuluh nanti Bapak ada meeting dengan investor," Jia menerangkan dengan matanya yang memandang serius tablet di tangannya. "Setelah itu, Bapak diminta ke kantor pusat. Pak Arlangga ingin bertemu dengan Bapak."

"Papa?" Kening gue mengernyit, menutup room chat yang menampilkan chat gue dengan Irene semalam. "Kenapa?"

Jia menggeleng. "No have idea."

Random banget Papa tiba-tiba minta gue ke kantor pusat. Gue pun mengangguk lantas meminta Jia untuk menyiapkan mobil. Gue nggak kayak Papa yang super duper workholic. Menurut gue hidup itu harus balance. Terlalu banyak kerja juga nggak bagus. Terlalu santai juga nggak bagus. Intinya semuanya ada porsinya masing-masing. Mungkin ini karena gue berkaca dari pengalaman Papa yang lebih mengutamakan pekerjaannya sehingga kehidupan personalnya jadi nggak seindah kesuskesannya. You know, pembelajaran nggak harus dari pengalaman diri sendiri.

You Think I'm PrettyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang