f i f t e e n

12.3K 1.4K 105
                                    

Jonny bukan satu-satunya player yang aku kenal. Waktu SMA, ada cowok yang bernama Raka. Dia seperti gambaran cowok populer di dalam novel. Ganteng, sweet talker, anak basket, and of course, he's smart. Pada masanya, Raka digilai oleh banyak cewek. Em, mungkin sekarang pun masih. Entahlah, aku sudah lama lost contact dengan Raka. Tapi kembali ke ceritaku, Raka adalah player pertama yang mendekatiku. Aku ingat sekali gimana cowok itu yang tiba-tiba datang ke kelasku—tepat lima menit sebelum bel pagi berbunyi. Lalu memberiku setangkai mawar yang ternyata ia dapat dari hasil nyolong di kebun sekolah. Alhasil, saat isirahat sekolah, kulihat ia dijemur di tengah lapangan dengan sebuah tulisan 'saya berjanji tidak akan mencuri lagi' yang menggantung di lehernya.

Sejak hari ia memberiku mawar, kehidupan sekolahku di penuhi oleh Raka. Ini cukup membingungkanku kala itu. Kelas kami bersebelahan selama dua tahun. Tentu kami cukup sering berpapasan di koridor sekolah. Selama dua tahun itu pula, aku sampai hapal siapa-siapa aja mantannya dari cerita-cerita Dira. Mulai dari kakak kelas, sekertaris OSIS, teman kelasku, siswi terpintar di sekolah, ketua cheerleaders, adik kelas, pokoknya sejarah percintaan Raka sudah menjadi konsumsi publik. Semua orang tahu siapa saja mantan Raka karena mantan-mantannya pun masuk dalam jajaran cewek-cewek populer.

Gosip soal Raka yang lagi mendekatiku sempat menjadi buah bibir. Apalagi cowok itu terus saja muncul di depanku secara nggak terduga dengan berbagai barang yang ia berikan. Bisa bunga, coklat, ikat rambut, jepitan, bahkkan novel yang entah ia tahu darimana kalau aku suka membaca novel. Situasinya itu selalu kayak gini; tiba-tiba dia muncul di depanku, mengambil tanganku, terus meletakkan barang pemberiannya disana, setelah itu dia pergi. Tidak memberiku kesempatan untuk bicara atau menolak pemberiannya.

Gara-gara itu setiap kali aku ke kantin atau toilet, aku merasa orang-orang akan memberikanku perhatian lebih. Mereka terus memandangku dari atas sampai bawah. Seolah lagi menilai. Dan itu nggak nyaman. Jadi kuputuskan untuk menghabiskan waktu istirahat dengan bekal yang dibuatkan oleh Ayah. Kadang Dira akan menemaniku dengan membawa jajanannya ke kelas, kadang aku sendiri karena Dira saat itu lagi naksir kakak kelas. Dan satu-satunya tempat ia bisa memuja kakak kelas itu adalah kantin.

Ketika Dira sedang tidak menemaniku, maka Raka yang akan melakukannya. Itu menjadi kali pertamannya ia bicara padaku setelah selama ini hanya menjadi tukang pengantar barang. Aku masih ingat gimana canggungnya kami. Raka yang kuketahui selalu kelihatan percaya diri mendadak gagu di depanku. Rasa kesalku atas sikap anehnya yang bikin aku nggak bisa leluasa ke kantin berubah menjadi tawa. Kurasa dari sanalah aku dan Raka menjadi dekat.

Dira sempat mengingatkanku tentang reputasi Raka yang dijuluki player karena banyak mantan. Namun aku selalu mengingat pesan Ayah untuk berbuat baik pada siapapun. Even, pada musuh sekali pun. Aku tidak menaruh curiga pada Raka karena ia kelihatan tidak berbahaya dan ia juga baik padaku. Mungkin karena waktu itu aku masih remaja, jadi yah, I'm little bit innocent. Aku jatuh hati pada Raka dan kami pacaran.

Raka menjadi yang pertama untuk segala hal. He's my first boyfriend. First love. First kiss. And first...sex. Aku tidak ingin membahas bagian terakhir. Karena tidak ada orang yang tahu kecuali diriku sendiri dan tentunya Tuhan. Yang ingin kukatakannya hanya, dari Raka, aku banyak belajar mengenai cowok. Aku tidak bilang kalau Raka pacar yang buruk. Setahuku, selama denganku, dia tidak pernah selingkuh. Kami putus pun atas dasar kemauanku. Risiko menjadi pacar cowok seperti Raka yang mungkin bikin aku ngerasa kalau kami nggak kompatibel lagi. Raka dengan kehidupannya dan aku dengan kehidupanku terlalu berbeda. Maka dari itu, aku tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan cowok sejenis Raka. Mereka lebih baik dijadikan hanya sekedar teman, menurutku.

Termasuk cowok yang ada di hadapanku sekarang. Yang sedang memandangku sebal karena aku mentertawakannya. Jonny juga pernah menjadikkanku kambing hitam untuk mengusir cewek yang terobsesi dengannya. Aku tidak mengerti, kenapa cowok seperti mereka selalu aja menganggap cewek yang mengejar-ngejar mereka annoying padahal mereka duluan yang main api.

You Think I'm PrettyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang