Satu dari n

6.8K 507 23
                                    

(1/n)

          First, let's discuss about marriage, married man!

          Gira tertawa.

          Well, pria sepertinya pasti cuma akan menyepelekan kalau harus membicarakan pernikahan dengan eksplisit dan runtut seolah sedang mendiskusikan science. Sangat bukan dia, atau bahkan sangat bukan sebagian besar pria dan Gira termasuk kelompok itu. (But, let's try!)

          Pernikahan buat Gira sederhana saja. Selama delapan tahun ini dan ke depannya nanti selama dia masih di dalam pernikahannya dengan Benya, dia adalah seorang suami dan Benya seorang istri. That's it.

          Untuk ukuran orang yang don't give a fuck dengan omongan orang lain, apalagi tetangga, itu sudah mending dari pada kalau Gira kurang ajar menganggap dia seorang raja dan Benya selir yang harus selalu menunduk di depannya, bahkan jalan pakai lutut di dalam rumah. Itu perumpamaan yang sangat hiperbolis, tapi yang nyata memang ada. Memang masih ada istri yang diperlakukan seperti selir oleh suaminya sendiri, harus selalu melayani dan cuma jadi pelampiasan rajanya.

          Di masyarakat sendiri wanita sudah mendapat banyak tekanan dan ekspetasi sosial, lalu mereka masuk ke dalam pernikahan dan harus bertemu suami semacam itu, bayangkan kegilaan itu. Issue ini enggak terlepas dari sistem sosial kita yang sebagian besar masih menempatkan lelaki sebagai otoritas utama. Patriarki! (Nah, kata itu emang enaknya dipadu sama nada maki-maki). Padahal di Indonesia sendiri equal rights juga gender equality sudah diusung Kartini sejak tahun 1900an awal ... dan sekarang, sudah hampir 120 tahun lamanya.

          Meski sebagian masyarakat kita sudah melek banget soal equal rights semacam itu, termasuk di dalam pernikahan, ternyata sebagian masyarakat kita yang lain masih menganggap istri-kelas-dua itu wajar atau malah lebih parahnya mereka akan berkomentar 'ya memang seharusnya begitu' saat ada 'istri' yang mencoba mempertanyakan kondisi itu. Entah karena sebagian masyarakat itu belum pernah mendengar gagasan emansipasi wanita oleh Kartini atau entah karena mereka berpikir kalau Kartini itu dulu juga menjadi selir, itu sarkas Gira.

          Kita enggak usah bahas gamblang faktor determinasinya lah, toh ini bukan jurnal akademik atau disertasi. Cukup tau, fakta itu jadi bukti kalau sebenarnya gerakan Kartini sampai saat ini belum meng-influence menyeluruh di masyarakat—masih ada yang kolot dan polarisasinya malah semakin kuat. Mau mengakui atau tidak, kita masih hidup dengan sebagian tradisi kuno itu di dunia yang sudah bisa membangun rumah dengan printer ini.

          Sebenarnya Gira senang-senang saja kalau memang kondisi 'seharusnya begitu' itu tetap langgeng dan dilestarikan. Laki mana yang enggak senang, jadi raja, jadi tuan. Jadi daddy saja sudah senang bukan main apalagi ini raja dan tuan, makin besar itu semua bola laki-laki. Namun rasanya juga geli sendiri membayangkan hidup dengan aturan itu, bingung lebih tepatnya. Pelayanan seperti itu lalu harus dibayar dengan apa?

           Sebagai lelaki, Gira berpikir kalau memang ingin rumah tangga atau pernikahan diamalkan dengan sistem seperti itu, buat saja sistemnya dengan lebih jelas. Ada pelayanan, ada bayaran dengan currency yang jelas, dengan kontrak yang jelas, dan diatur secara legal. Itu akan lebih masuk akal dan semua bisa merasakan enaknya. Laki enak, wanita enak. Termasuk negara juga akan kecipratan enak. Karena dengan begitu istri di rumah pun tetap berpenghasilan, yang artinya pendapatan nasional meningkat, dan itu akan menaikkan gross domestic product negara. (Gila, semua kembali untuk negara. Hail mercantilism!)

          (Kembali soal pernikahan!) Pernikahan Gira saat ini sebenarnya bukan cerita yang cukup manis atau pahit buat didiskusikan apalagi ditulis. Semua berjalan biasa, itu yang Gira rasakan. Kadang ada moment manis yang baru ia sadari setelah lewat satu atau dua minggu terjadi. Kadang ada moment kecut yang dia rasakan berhari-hari meski kejadiannya cuma lima menit. Pertengkaran, cek-cok, beda pendapat bisa terjadi dan sangat sering terjadi. Gira yakin itu hal biasa di dalam rumah tangga, semua rumah tangga bahkan.

          Bagian intinya, sekaligus untuk menutup pembicaraan ini sekarang juga, hal yang Gira tekankan cuma—bahwa—sampai saat ini ia dan Benya masih survive dengan pernikahan mereka. Jadi kalau bicara soal pernikahan, Gira cuma akan bilang ... ya, ini.

          End of discussion!



***

A/N :  Ganti cover dan akhirnya bukan prank!

N?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang