23/n
Anthony, Hendro, dan Ade ada di bengkel saat Boing tiba malam ini. Dia baru kembali dari salah satu proyeknya yang ada di ujung timur Gunung Kidul. Proyek pelebaran jalan yang sudah hampir rampung-sebenarnya, sayangnya masih ada saja yang mengganggu proses pengerjaan, jadi dia harus bertemu banyak pihak untuk penyelesaian.
Boing masuk bengkel tanpa suara. Dilihat dari penampilannya, kaos panjang hitam, jeans panjang biru dongker, dan sneakers putih dengan garis merah, Anthony menebak Boing baru kembali dari proyek. Muka capeknya pun kelihatan seperti lagi kebebanan banyak pikiran, jadi kemungkinan, lelaki itu lembur sampai jam segini karena ada masalah di proyek.
Tau temannya lagi mode nggak santai, Anthony mengurungkan niatnya untuk menyambut dengan olokan seperti biasa. Kalau ada orang yang nggak bakal dia ganggu di geng ini, itu cuma dua; Boing dan Yehuda kalau sudah mode serius. Tira juga ngeri kalau marah, tapi masih bisa ditenangkan Gira atau Ade. Sementara dua orang yang disebut di awal itu sepertinya turun ke bumi nggak sama pawangnya.
Sebagai lelaki, pantang bikin masalah sama musuh yang nggak bisa diatasi. Sebab kemaki juga ada aturan. Jangan sampai kemaki bikin malu!
"Ndro, aku masukin grup lagi ndang!" titah Boing pada Hendro.
Anthony melirik lelaki yang juga belum pernah menikah itu. Boing mendekat ke sofa sambil menyumat ujung sebatang rokok yang sudah dijepit di sela bibirnya. Sangar banget lelaki itu, tapi juga cakep, pantas udah banyak perempuan kecantol pakunya.
"Lha untungnya buat aku opo?" balas Hendro. Anthony tergelak, tapi juga langsung was-was. Hendro, nih, bikin panjang perkara aja pakai menantang Boing yang lagi keliatan senewen.
Masih untung karena sepertinya Boing lagi malas meninggikan nada bicara, jadi pria itu cuma membalas enteng setengah songong, "Surya se-slop."
Hendro nyengir lebar. "Hehehe. Barang ono sik lah!"
"O asu!"
Ade tertawa. Anthony pun tertawa.
Sementara itu Boing meluruskan langkah menuju ke kulkas di belakang sofa dengan rasa jengkel. Gara-gara dikeluarkan dari grup WA geng, dia jadi susah buat cari kabar di bengkel. Tadi sebelum ke sini dia WA Islan, nanya siapa saja yang ada di bengkel, nggak dibalas. WA Gira pun nggak dibalas. Emang punya temen tai semua.
"Lu dari mana, Wing?" Ade bertanya pada Boing, mendahului keinginan Boing untuk bertanya juga pada pria itu soal tumben banget, bukan malam minggu, tapi jam segini di bengkel.
"Proyek."
"Ya, proyek yang mana? Kalau proyekmu cuma satu yo gak bakal ada yang nanya." Anthony yang juga ikut menyimak pembicaraan, selain memainkan gimnya, menyahut dengan cibiran.
Boing tertawa dan mengambil sekaleng bir dari rak kulkas. "Candirejo," jawabnya.
"Oalah. Pantes sepet raimu," gelak Hendro.
Boing mendecak. Proyek pelebaran jalan yang satu ini memang dari awal sudah merepotkan. Bukan cuma teman-temannya saja yang tau, orang yang baca berita nasional juga pasti tau proyek ini sering kena sidak KPK. Apes dia sebagai kontraktor karena selalu kena tuding padahal jelas yang suka mangkas-mangkas biaya, nilep-nilep anggaran, ya, pejabat-pejabat itu sendiri.
"Masalah lagi?" Ade kembali bertanya. Dijawab anggukan oleh Boing karena bibirnya menjepit rokok, pria itu sambil membuka kaleng bir. "Kenapa?"
"Kurang dua ratus empat puluh meter, tapi asphalt nggak nyandak, harus pesen lagi." Boing mengambil rokoknya untuk bercerita. "Kemarin waktu awal ngaspal minta tebalnya harus sepuluh centi, padahal sebelumnya udah bikin kesepakatan di balik tangan tebal cuma tujuh cm. Diturutin, tapi disyaratin nambah material rak gelem. Iki wis meh rampung ki, malah nyalahke wingi ra pesen material tambahan! Lak yo asu to? Wis, ngono kui, urusan karo pemerintah nyat yo ngono kui! Ora oleh untung, mung oleh salah lan buntung." Jadi emosi lagi dirinya. Padahal sudah adem tadi emosinya, sudah lupa amarahnya, karena dibawa nge-trail Semin sampai Mergangsan. Sekarang ditanya-tanya temannya, jadi eling lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
N?
Ficção GeralGIRA-BENYA [ON GOING] Kalau cuma untuk menikah, itu gampang. Menjalani pernikahan itu yang sulit, apalagi kalau kita cuma menggampangkan. Peringatan : 1. Banyak kata-kata kasar 2. Kata-kata vulgar 3. Perselingkuhan 4. Banyak bahasa Jawa tanpa terj...