Empat puluh satu dari n

1.8K 245 40
                                    

    Denting ponsel Gira memecah keheningan ruangan nggak seberapa luas itu. Di ruang yang agak pengap karena sempit ini, sekarang bukan main panasnya setelah baru saja selesai dipakai dinas.

  Gira nggak langsung mengambil ponselnya yang barusan berdenting, terlalu capek dan dia sedang nggak berminat menanggapi hal lain karena rasa kepenuhan. Sementara Benya yang terkulai di atas tubuhnya menatapnya ingin tau pada pesan yang baru masuk.

   "Paling Carta." Atau mungkin yang lain, entah, Gira nggak bisa berpikir.

   "Aku lihat."

   Nada ingin tahu, tapi nggak enak, tapi juga setengah memaksa itu bisa Gira mengerti. "Lihat aja."

  Benya meraba-raba di bawah bantal demi mencari ponsel yang karena dinas tadi tersingkir ke pojok ranjang. Tanpa Gira pikirkan senyumnya terbentang saat menyadari kondisi kasur kacau balau.

  Abis buat kericuhan apa mereka tadi?

  Berhasil mendapatkan ponselnya, kini Benya duduk di perut bawahnya. Yang mengira Gira nggak keberatan sama bobot Benya mungkin sekali-kali perlu ditimpa motor biar berubah pikirannya. Tentu berat lah ini, apalagi tenaganya habis terkuras.

  Kadang Gira heran, apa Benya pikir badan Gira dibuat dari besi kok wanita itu sering seenaknya tidur dan duduk di atasnya sehabis seks mereka. Tapi untung Benya istri tersayang, jadi nggak masalah.

   Kini Benya menatap layar ponselnya yang sudah menyala dengan mata sedikit menyipit sebab cahaya dari layar itu menyorot terlalu terang di tengah ruangan yang gelap. Kedua mata Gira jadi nggak bisa lepas dari wajah Benya yang tersorot cahaya. Cantiknya jangan ditanya.

   Alhasil, dia juga menyaksikan ketika kening istrinya mengernyit dan mukanya berubah kaku tak mengenakkan.

   "Siapa?" tanya Gira pelan, tapi waspada. Menilai raut Benya, tiba-tiba dia was-was.

   "Nami siapa?" tanya Benya ketus.

   "Nami?" beo Gira bingung.

   "Nami yang teteknya makin gede, siapa?"

   Gira melotot dan mengambil alih ponselnya.

   Boing
   📷 Photo
   Sadar rak? Nami teteknya makin gede?

  Benya lekas turun dari tubuhnya, sementara Gira saking kagetnya belum bergerak, bersuara saja enggak. Cuma di dalam hati dia sudah nggak berhenti memaki Boing. Boing Asu!

  Gira gelagapan. Nggak pernah dia sangka sama sekali Benya memergoki pesan soal tetek di ponselnya setelah baru saja mereka selesai melakukan hubungan badan. Olinya saja mungkin masih tinggal di mulut tangki Benya.

   Boing nih asu betul.

  "Ben." Gira ikut turun kasur dengan panik. Benya turun untuk memakai daster, Gira bisa lihat itu. Wanita itu nggak kelihatan ingin meninggalkannya, tapi Gira tetap mencekal tangan Benya seolah wanita itu mau kabur.

    "Ini anime, sumpah. Lihat aja fotonya!" Gira menyodorkan ponselnya. Membuka pesan itu, gesturnya tetap siaga menjaga pergerakan Benya.

   Benya hanya mendecih di dalam hati. Dia tetap santai memakai dasternya meski pengen juga memukul muka Gira sekencang-kencangnya. Mau anime, kartun, gambar coret, wanita beneran pun, sama aja, tetek juga kan yang dibahas! Dasar lelaki! 

   "Lihat dulu! Ya, kan?" Gira masih memaksa Benya.

  "Nggak mau tau, Ra. Pakai bajumu sana!" Benya tinggalkan Gira ke dalam kamar mandi sambil menyalakan lampu kamar.

N?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang