Enam dari n

2.3K 320 34
                                    

 (6/n)


   Setelah mengantar sebelas kardus makan siang ke bengkel, Gira kembali keluar untuk mengecek oli motor Mbak Aul dan Anthony kekeuh ikut. Kata Mbak Aul, motornya ada di garasi rumah dan rumah Mbak Aul ada persis di belakang warung.

    Gira menggunakan tang untuk membuka dipstick, lalu mengecek volume olinya dengan dipstick tersebut. "Kering kerontang kayak terongmu, Ton." Selesai bicara begitu, kepala Gira ditoyor dari belakang.

   Namun tadi Anthony sudah mencoba motornya dengan mengengkol dan masih bisa nyala. Jadi, ini belum fatal.

    "Oli kok bisa asat to cah ayu. Untung nggak harus turun mesin," cibir Anthony dengan nada seperti bapak-bapak usia enam puluh tahun memarahi anaknya. Gira geleng kepala, untung Mbak Aul nggak di sini.

   "Gimana, Ra?"

   Panjang umur Mbak Aul. Wanita itu muncul dari pintu belakang warung.

   "Beliin oli aja ini," jawab Gira sambil kembali memasang dipstick pada tempatnya.

    "Di tempatmu ada?"

    "Nggak ada," jawab Gira sedikit tertawa. "Adanya oli buat moge. Tak beliin di Sanjaya aja dulu."

    Mbak Aul terkekeh malu. "Beda, ya?"

    "Beda dikit," balas Gira agar tidak terkesan mempermalukan Mbak Aul.

***

    Kembali ke bengkel, Gira melihat teman-temannya sudah selesai makan. Tira yang sempat protes karena pesan kakap bakar, tapi dapatnya ayam bacem juga sudah meludeskan isi kardusnya. Begitu juga Islan yang pesan gulai ayam dan Yehuda yang minta telur balado.

    "Enak kakapnya, Ra?" tanya Gira pada Tira.

    Pria tinggi dengan muka seperti Darius itu memberinya jari tengah yang berlumuran bumbu bacem dan yang lain hanya ketawa kesal. Gira masuk ke kamar mandi disusul Anthony, mereka cuci tangan.

     "Malah ngapain tuh berdua?" teriak Islan cari ribut.

     "Saling bantu lah, sesama jomblo." Anthony menjawab dan langsung kena guyur air segayung.

     Gira keluar setelah ketawa. Agak merasa bersalah sebenarnya lihat Anthony basah kuyup, tapi nggak peduli-peduli amat. Baju bersih di ruangannya banyak, tinggal ambil. Anak-anak udah biasa pinjam kalau lagi butuh ganti atau menginap. Ada yang balik, ada yang enggak. Yang baliknya keadaan masih bau keringat juga ada. "NMAX punyamu kan, Ra?" tanyanya pada Tira.

      "NMAX, mbahmu! PCX, Ndes! Lihat yang genah!" Terkadang gitulah Tira, Gira cuma salah menyebut merk motornya saja dia nggak terima.

   "Bentuknya mirip sih."

     "Yo enggak sih."

     "Beda tipis, Soimah-Syahrini lah." PCX-NMAX pun kemudian jadi topik serius.

     Gira mendekati Tira yang sudah rebahan di sofa. Nggak ikut memperpanjang soal PCX atau NMAX lagi. Setuju dengan Yehuda, bentuknya memang mirip kok. Resenya di jalan juga mirip. "Pinjem sini lho, buat beli oli di depan." Ia menjulurkan satu tangannya ke depan muka Gira, bermaksud meminta kunci.

      "Gah!"

      "O, asem. Pinjem PCX mu bentar wae lho, asu!"

N?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang