38/n
Usai membantu mengurus administrasi di loket pendaftaran, Benya meninggalkan Andin dan Elin di klinik hewan. Keduanya masih harus menunggu giliran tiga kucing mereka untuk diobservasi, sepertinya lama, jadi Benya memutuskan untuk belanja saja. Tadi di dapur dilihatnya ada beberapa stok makanan habis, selain itu dia juga ingat harus mencarikan pakaian untuk suaminya. Dari pada cuma menunggu di klinik, kan mending dia menyelesaikan yang lain.
Karena klinik hewan tadi berada di dekat Mangkunegaran, Benya pun memutuskan ke Paragon Mall yang paling dekat.
Saat baru memasuki mall, Benya melihat ponsel yang ia genggam menyala karena panggilan masuk. Ayah. Lantas saja nama kontak itu menerjun-bebaskan moodnya.
Saat itu juga dalam kepala Benya cuma ada satu tebakan, pasti Pras sudah mengadu ke ayah. Merepotkan saja lelaki itu.
Benya nggak menerima panggilan tersebut. Kalau ayahnya ikut campur, artinya masalah ini belum beres cuma dengan sepuluh juta. Benya mau memikirkan solusinya dulu. Nggak mungkin Benya mendesak Gira lagi. Mau nggak mau uang Benya sendiri harus keluar, tapi uang yang mana? Dia nggak pegang uang lebih bulan ini. Dua rekeningnya sudah langsing sing sing, jadi dia perlu putar otak.
Sebenarnya, dia masih punya satu rekening lagi. Ada banyak uang di sana, masih sisa kalau cuma untuk menutup mulut setiap keluarganya sampai satu-dua tahun ke depan. Uang itu adalah jatah bulanannya dari Gira, tapi sudah hampir tiga tahun ini nggak Benya sentuh sama sekali karena dia ingin mengumpulkannya sampai nominalnya cukup buat mengganti uang yang Gira keluarkan saat penjagoan Kades ayahnya empat tahun lalu.
Ayahnya seperti sudah nggak peduli, Gira juga sepertinya sudah pasrah dengan nasib uangnya. Pria itu nggak pernah menanyakan pada Benya, apalagi pada ayah Benya, sepertinya, berharap kembali sepeser saja sudah tidak. Namun, Benya tetap akan mengembalikannya.
Jumlahnya terlalu besar buat disebut pemberian. Disebut balas budi pun tetap nggak masuk akal. Setiap ingat besarnya uang itu, batin dan kepala Benya cuma tambah tersiksa sampai nggak mampu menatap wajah suaminya. Malu.
Kalau Benya bisa mengembalikan uang itu, setidaknya, sebagian malunya akan sirna. Paling enggak, dengan begitu dia nggak akan tersiksa untuk menghadapi Gira. Memang mengembalikannya juga dengan uang pemberian Gira, tapi paling enggak statusnya sudah sempat berubah jadi milik Benya karena sudah diberikan padanya.
Niatnya ini belum ia katakan pada Gira. Sepertinya, suaminya itu pun belum menyadari kalau uang pemberiannya utuh di rekening. Harapan Benya, mending Gira nggak tau sampai nanti Benya memberitahunya.
Benya nggak mau Gira melarangnya, lalu mereka ribut karena hal ini, dan pelunasannya akan tertunda-tunda. Benya ingin melunasi utang tersebut secepat mungkin. Demi Tuhan, dia nggak betah dengan beban yang memberati dirinya empat tahun ini. Saking inginnya melunasi, sampai semenjepit apapun keadaannya selama ini, belum pernah dia menyulik lagi uang dari sana.
Mending dia minta ditalangi dulu oleh Dahlia. Mending minta Gira kalau Dahlia sedang nggak punya lebihan, tapi pada Gira memang nggak bisa leluasa meminta karena pastinya dia nggak mau Gira bertanya-tanya dikemanakan uang jatah darinya. Demi hal itu dia juga pernah menerima bantuan Ade, saat itu dia sedang sangat terjepit, sekarang itu jadi keputusan yang dia sesali. Semua itu demi segera mengembalikan uang Gira, demi sedikit meringankan beban di benaknya yang nggak masuk akal lagi.
Sekarang Benya begitu dilema. Kemarin uang angsuran bank ayahnya sudah ditalangi Gira, Benya juga terlanjur bilang pada Gira soal kain dan kontrak sudah beres, jadi dia nggak punya alasan untuk ditalangi dulu padahal dia sudah nggak memegang uang dingin sama sekali. Itu kenyataan. Benya nggak pegang uang lebih karena bulan ini spending Saturnus sedang banyak, kalau ada lebih pun Benya ragu untuk menggunakannya karena itu bukan uang pribadinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
N?
Ficción GeneralGIRA-BENYA [ON GOING] Kalau cuma untuk menikah, itu gampang. Menjalani pernikahan itu yang sulit, apalagi kalau kita cuma menggampangkan. Peringatan : 1. Banyak kata-kata kasar 2. Kata-kata vulgar 3. Perselingkuhan 4. Banyak bahasa Jawa tanpa terj...