33/n
"Mbak Benya udah balik Semarang, Mas Gira?" tanya Bu Yoto kepada Gira saat mereka masih menunggu ibu-ibu lain yang mau ikut menjenguk ke JIH di depan warung Ayu.
Gira yang berdiri bersandar pintu depan elf menggeleng. "Masih di sini kok, Bu, tapi lagi nggak enak badan jadi tak bilangin nggak usah ikut."
Gira nggak berbohong. Dia tadi memang bilang pada Benya agar nggak usah ikut jenguk, walaupun istrinya itu memang nggak berniat ikut. Ya, toh, Gira bilang begitu pada Benya tujuannya memang biar nggak berbohong aja saat menjawab pertanyaan seperti ini, selain itu juga biar Benya nggak kena cibir. Orang di perkampungan itu paling julid sama orang yang nggak mau guyub, Gira udah banyak dengar gimana julidnya.
"Oalah gitu."
"Nanti dari pada nularin yang lain Bu," imbuh Gira sedikit menakut-nakuti.
"Oiya, ya, keadaannya baru begini." Bu Yoto manggut-manggut. "Kemarin arisan kayaknya nggak apa-apa lho."
"Nembe tadi, Bu."
"Oalah, diperiksain lah, Mas! Udah?"
Gira mengulum senyum. "Abis ini, Bu."
Pada saat itu, Bu Susur dan Bu Tri datang bergabung. Bu Susur begitu melihatnya tertawa dan dengan hebohnya bilang, "Lho, to, sama Mas Gira! Wis tak bedik kalau yang ngatur Mbak Aul, pasti to dianter sama yang punya rental langsung!"
Gira cuma mesem saja berkat guyonan Bu Susur pada rekan-rekan gaulnya. Bu Yoto dan Bu Tri merespon tertawa seolah setuju sementara Bu Ambar yang baru gabung bertanya kenapa pada heboh ketawa.
Gira menoleh ketika tertangkap matanya Ayu mendekat ke arahnya dan ibu-ibu yang sekarang jadi berkumpul di depannya ngomongin operasi anak Mas Didit. "Udah lengkap, nggih?" tanya Ayu.
"Udah kayaknya, Mbak Aul," balas Bi Tri.
Bu Tyas menimpali, "Bu Tatin nggak jadi ikut, Mbak Aul. Cucunya dateng."
"Cucunya dari Cirebon, Tyas?"
"Iya, Mbak. Bowo sama anak istrinya. Bawa Pajero lho, sukses to."
"Rental paling."
Gira cuma bisa geleng kepala.
Ayu yang sempat ikut mendengar pun terkekeh. "Kalau gitu berangkat sekarang, nggih, Bu, biar nggak kemaleman."
Mendengar Ayu sudah mengarahkan ibu-ibu, Gira pun membukakan pintu penumpang. Namun, dia langsung disusul Ayu yang kemudian mengambil alih di sampingnya sehingga Gira memutuskan langsung ke depan dan duduk di belakang kemudi sebelum mata ibu-ibu melihat mereka terlalu dekat dan bikin keisengan. "Monggo mlebet!" Ayu menyilakan ibu-ibu.
"Mbak Aul depan lah." Beberapa ibu membujuk-bujuk Ayu dengan senyum nakal mereka. Intensi mereka, walau nggak pernah terang-terangan, Gira sudah hafal. Hafal pun, Gira nggak mau meladeni lebih wong ibu-ibu ini ya cuma iseng dan seru-seruan aja.
Ya, begini lah. Gira perjelas, ya. Kalau lagi kumpul sama ibu-ibu Prawirotaman ya memang kadang begini, diam-diam dia dibercandain, disanding-sandingkan, dicocok-cocokkan sama Ayu, tapi Gira juga yakin, kalau suatu hari nanti ibu-ibu ini dengar kabar miring dikit aja tentang dirinya dengan Ayu, sudah lah pasti digunjing, dicaci, dikutuk-kutuk juga.
Society emang aneh, apalagi klan emak-emak ini. Makanya suara-suara kayak begitu nggak usah ditanggepin terlalu serius, dibawa ke dalam hidup apalagi, wong kebanyakan cuma bikin masalah yang harusnya nggak ada.
![](https://img.wattpad.com/cover/252256357-288-k93781.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
N?
General FictionGIRA-BENYA [ON GOING] Kalau cuma untuk menikah, itu gampang. Menjalani pernikahan itu yang sulit, apalagi kalau kita cuma menggampangkan. Peringatan : 1. Banyak kata-kata kasar 2. Kata-kata vulgar 3. Perselingkuhan 4. Banyak bahasa Jawa tanpa terj...