Benya teringat lagi perkataan Raka sebelum mereka berpisah setelah makan bersama tadi.
"Kalau emang nggak mau kubantu, seenggaknya cerita sama suamimu. Apa-apa jangan ditanggung sendiri, Ben."
Sudah sebelas tahun berlalu, tapi pria itu masih sama masih orang yang paling mengerti dirinya. Saat pikiran itu tanpa sadar terlintas di kepalanya, Benya segera mengenyahkan lamunannya.
Cukup. Benya nggak ingin berlarut-larut memikirkan Raka, menyanjung pria itu, dan berakhir mengulang kesalahannya delapan tahun silam-membanding-bandingkan pria itu dengan suaminya secara nggak adil. Nggak peduli siapa yang paling mengerti dirinya sekarang, suaminya adalah Gira. Sudah sepantasnya Benya mengabaikan rasa apapun yang timbul dari perlakuan pria lain padanya. Mau pria itu seratus kali lebih baik dari suaminya pun Benya nggak pantas memikirkannya.
Sebagai istri, sudah seharusnya begini. Sudah seharusnya Benya membela Gira di hadapan perasaannya yang masih saja mudah luluh atas perhatian pria lain seperti ini.
Kalau Benya memang ingin membandingkan kedua pria itu, Benya harus ingat dia dan Gira memulai hubungan paling serius dengan cara yang mendadak. Nggak ada kedekatan yang intens sebelumnya, kecuali rasa persaudaraan yang canggung seiring mereka beranjak dewasa. Tahun awal pernikahan mereka pun begitu berat. Masalah muncul terlalu dini dan membuat mereka terluka dalam sampai nggak mengerti bagaimana harus menghadapi satu sama lain. Delapan tahun akhirnya mereka lalui untuk menyembuhkan diri masing-masing, bertahan bersama rasanya begitu sulit. Mereka belum pernah memiliki waktu untuk saling mengerti, boro-boro, untuk memperbaiki keadaan saja belum sempat.
Sedangkan dia dan Raka sudah pernah berpacaran lebih dari tiga tahun di akhir masa remaja mereka, pernah membagi asa meski berakhir putus asa, nggak ayal mereka terbiasa bertenggang rasa. Meski juga jadi penghalang, berbeda iman turut menumbuhkan toleran yang besar pada hubungan mereka dahulu. Nggak cuma soal keyakinan, tapi juga banyak hal dalam keseharian. Walaupun dulu masih cuma berpacaran, tapi mereka memang bukan tipe yang bermain-main dalam menjalin hubungan. Komitmen dan perasaan mereka serius. Keseriusan itu lah yang membawa keterbukaan di antara mereka dan pada akhirnya mereka terlatih saling menerima. Entah itu kekurangan, kejelekan, sampai hal-hal yang rasanya memalukan jika diketahui orang lain saja mereka bisa saling menerima tanpa mencela.
Tabiat keluarga Benya yang terkadang memalukan saja Raka tau. Pria itu tau keluarga Benya yang suka memandang rendah orang lain dan membicarakan keburukan orang yang nggak mereka suka kepada orang-orang di lingkungannya. Kebiasaan mengutang demi terlihat sebagai keluarga berada pun Raka tau. Raka bahkan tau keluarga Benya memanfaatkan Gira seperti ATM berjalan milik sendiri.
Hubungan pacarannya mereka dulu terasa intim karena hal-hal memalukan seperti itu pun terbuka di antara mereka. Dan lagi, Raka nggak pernah menghakiminya meski tabiat keluarganya begitu buruk. Sulit tidak memuji Raka setelah bertahun-tahun mengenal pria itu. Sulit menolak keberadaannya yang selalu mudah ditemukan.
Benya nggak pernah menghendaki satu pun perselingkuhannya dengan Raka, tapi situasi kerap membuat kenyamanan bersama Raka terlalu sulit ditolak. Apalagi di awal pernikahannya, keintiman di antara dirinya dan Gira masih terlalu asing. Mereka memang sudah berusaha untuk membangun keintiman tersebut, tapi karena keguguran yang dialami Benya semua hangus. Hubungannya dengan Gira tersapu begitu saja.
Saat keguguran itu terjadi, di sebelah Benya cuma ada Raka. Pria itu masih setia padanya, masih begitu mengerti, dan masih menerima dirinya. Sehingga selanjutnya setiap kali Benya merasa butuh seorang pria, dia kembali mencari tangan Raka. Itu kesalahan yang terus Benya ulang. Mungkin tiga tahun lamanya ia jalin-putus hubungan dengan Raka. Merasa begitu berdosa, tapi mencari pembenaran seolah dia tak punya pilihan lain dan di sisi lain menganggap sikap dingin Gira juga andil dalam perselingkuhannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
N?
Fiksi UmumGIRA-BENYA [ON GOING] Kalau cuma untuk menikah, itu gampang. Menjalani pernikahan itu yang sulit, apalagi kalau kita cuma menggampangkan. Peringatan : 1. Banyak kata-kata kasar 2. Kata-kata vulgar 3. Perselingkuhan 4. Banyak bahasa Jawa tanpa terj...