Dua puluh enam dari n

1.4K 233 95
                                    

   Yang baik hati dan tau, tolong nih bantu jawab yang lupa. Ade punya anak belom, ya? Lho emang udah nikah?






26/n

    Tiga bulan intens bertukar pesan, Benya masih menampik selingkuh di antara mereka, sementara Ade sudah yakin saat mengklaim hubungan tersebut.

   Ade bertemu dengan Benya lagi di Semarang tiga bulan setelah pertemuan mereka di Ibis. Itu jadi pertemuan kedua jika pertemuan mereka di Hotel Ibis saat itu dihitung sebagai pertemuan pertama dan dua pertemuan lain yang nggak mereka sengaja di bengkel tidak dihitung. Sebelumnya, sudah beberapa kali Ade mengajak Benya bertemu, tapi wanita itu selalu menolak dan memberi alasan. Kali ini akhirnya Benya mau karena Ade memaksa dan bilang akan datang ke butik kalau Benya beralasan lagi.

     Ade mengakui dia sudah seperti terobsesi pada hubungannya dengan Benya. Dia bisa sampai mengabaikan pekerjaan saat hanya ingin memikirkan Benya. Dia bahkan sengaja nggak mengingat wajah anak-anaknya saat perhatiannya sedang terpikat oleh pesan Benya. Benar, dia nggak bisa selalu mengendalikan perasaannya lagi.  

   Benya mengiyakan keras kepalanya, tapi dengan syarat dia nggak ingin bertemu di sekitar kota, wanita itu memilih Pantai Marina saat sore hari dan berangkat masing-masing. Ade nggak keberatan dan mengiyakan. Dia tiba lebih dulu dan menunggu di mobil. Kondisi pantai cukup sepi sebab masih ada pembatasan mobilitas di tempat wisata. Mungkin ini emang yang diinginkan Benya.

   Sekitar sepuluh menit kemudian, Benya terlihat melangkah ke arahnya dari kejauahan. Ade mendecak saat menyadari wanita itu memarkir mobil di dekat pintu masuk, jauh darinya memarkir. Padahal Ade sudah memberitahu kalau dia memarkir di ujung.

  Benya terlalu penakut. Atau harusnya memang begitu. Ade saja yang gila karena malah sangat terpacu adrenalinnya. Di depan sana ada delapan pria yang siap melemparkan kematian ke arahnya jika sampai kecurangan ini terungkap. Tentu adrenalinnya jadi sangat tinggi.

  Ade turun dan menghampiri wanita itu yang masih melangkah santai ke arahnya. Sekarang melihat Benya, rasanya begitu beda. Dulu dia hanya ingin tertawa dan mempertanyakan seberapa luas kesabaran Gira memiliki istri seperti Benya, sekarang dia merasakan juga degup jantung yang nggak karuan dan euforia, selain rasa bersalah yang sudah dia tampik sejak memutuskan untuk menyetir ke Semarang siang tadi.

   "Apa?" Disambut dengan nada ketus dan mata mendelik, Ade terkekeh. Semburat merah di pipi itu nggak bisa ditipu, Benya tersipu.

   "Galak amat, padahal kalau chat sok imut." Ade menyukai situasinya seperti ini, Benya canggung dan dia ingin menggoda wanita itu agar terus tersipu.

   Ade sudah menyiapkan banyak godaan untuk Benya karena sudah menebak wanita itu akan bersikap ogah-ogahan dan nggak berminat begini.

   "Ngapain ngajak ketemu, sih?"

   Ade langsung menyipitkan kedua matanya. Lagi-lagi pipi wanita itu bersemak semburat merah. Tadinya Ade mau mendecak karena Benya terlalu kasar saat bertanya, tapi akhirnya dia hanya mencebil. "Masa ngobrol langsung nggak mau? Sana yuk!" Ade menunjuk ke arah pantai. Yang dia maksud adalah batas daratan yang berpasir dengan daratan berbatu di bawahnya yang langsung bertemu air pantai. Benya mengikuti langkahnya.

   "Dari butik langsung ke sini?" tanya Ade melihat pakaian wanita itu masih begitu rapi, stelan semi resmi yang tampak pas dan cantik di badannya.

N?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang