22

42.7K 1.8K 28
                                    

"Ra, mau kemana? Bolos lagi?" tanya Tania saat melihatku hendak keluar kelas.

"Hehe, bilang aja aku lagi sakit perut. Kayak biasa!" ucapku menunjukkan senyum terbaik pada Tania.

Tania menghembuskan nafas, menatapku heran."Kali ini pak Revan pasti nggak bakalan percaya! Kenapa sih lo selalu bolos pelajaran pak Revan?"

Akhir-akhir ini aku memang selalu bolos pelajaran pak Revan dengan alasan sakit perut. Aku merasa diriku begitu kekanak-kanakan karena lari dari masalah dan terus menghindar agar tidak bertemu dengannya.

"Kali ini aja, plisss ini yang terakhir!" ucapku memelas. Aku belum siap bertemu pak Revan.

"Yaudah, ini yang terakhir ya! Pak Revan mukanya nyeremin setiap gue minta izin kalau lo di UKS" jawab Tania. "Lo nggak takut sama pak Revan? Asal lo tau ya, pak Revan suka marah-marah nggak jelas kalau liat lo nggak di kelas"

'Apa hubungannya coba?'

"Apa jangan-jangan ini ada kaitannya dengan lo yang selalu bolos. Lo ada masalah apa sama pak Revan?" Tania menunjukkan wajah penuh selidik ke arahku.

"Ihh apaansih? Pak Revan kan emang galak!" jawabku tersenyum kikuk.

'Maaf Tania aku belum bisa cerita.'

"Lo mah gitu, main rahasia-rahasiaan" Tania mendekat kemudian mencubit lenganku membuatku menjerit kesakitan."Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita dan minta bantuan gue! Itupun kalo lo masih mau jadi sahabat gue!" lanjutnya.

Tersenyum lebar akupun mengangguk,"tentu!"

"Eh! Gue ikut!" teriak Arga lalu mengahampiri kami. "Mau bolos nggak ngajak-ngajak gue!"

"Lo disini aja deh!" ujarku.

"Pokoknya gue mau ikut. Lagipula selama ini kita bolos nggak pernah tuh pak Revan marah. Gue juga malas belajar matematika, bikin pala gue puyeng!" jawabnya.

Arga memang selalu ikutan bolos, walaupun aku sudah melarang. Aneh nggak sih? Aku ngelarang Arga bolos, padahal aku sendiripun begitu.

"Terserah deh!" ucapku akhirnya.

"Tania, gue juga minta tolong ya! Kita berdua izin!" Arga nyengir ke arah Tania.

Mendengus kesal, Tania mengangguk."Lo berdua ninggalin gue!"

"Yaudah lo ikut bolos juga!" usul Arga membuatnya mendapat cubitan maut dari Tania.

"Gue nggak mau! Takut di hukum pak Revan kalau ketauan!"

"Nah, lo belajar yang rajin ya! Kalau ada pr bagi-bagi jawabannya! Jangan pelit!" kata Arga membuat Tania melotot.

Tania kemudian gabung dengan kumpulan cewek lainnya. Pasti mau membahas oppa lagi.

"Nah! Kita mau kemana nih? Ke warung pak selamet aja yuk! Gue laper nih!" ujar Arga seraya merangkul bahuku.

"Ya udah! Kebetulan gue juga laper" sahutku.

"Ra, lo dipanggil pak Revan. Katanya lo harus datang ke kantor guru" kata Pandi saat kami berpapasan di depan pintu kelas. Sepertinya dia baru saja dari kantor.

Aku dan Arga saling berpandangan beberapa detik. "Kok gue?" tanyaku.

"Mana gue tau! Pak Revan bilangnya harus lo yang datang!" jawab Pandi acuh lalu berjalan melewati kami masuk ke dalam kelas.

Berpikir sejenak, akhirnya aku mendapatkan ide.

"Bobby!" panggilku.

Bobby yang sedang makan seperti biasa di kursinya menoleh. Aku kadang heran, kok bisa ya cemilan Bobby nggak pernah habis?

Mr.Teacher Pervert [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang