31

42.1K 1.7K 29
                                    

Double update yeyyy!

Seneng nggak? Seneng nggak? Senenglah masa enggak! 😂😂

~Happy reading~

Badan terasa fress habis mandi, karena tiba-tiba saja merasa haus. Aku menuju dapur.

Dari arah dapur, terdengar pertempuran alat-alat masak dan juga aroma sedap masakan menembus penciumanku.

Aku membuka lemari pendingin dan mengambil susu kemasan seraya mataku sesekali melirik Kak Naya yang sedang bermain dengan pisau.

"Tumben Kak Naya di dapur? Ada udang di balik rempeyek! Pasti ada maunya nih!" aku menusuk kemasan susu dengan sedotan kemudian mulai menyedot isinya.

"Emang adik kurang ajar! Kakaknya berniat baik bantuin Mama malah dicurigai!" balas Kak Naya sewot tetapi tangannya dengan lincah memotong sayuran yang berada di hadapannya.

"Mama jangan percaya ama niat baik Kak Naya! Pasti ada niat terselubung! Dia kan paling males di suruh bantuin masak. Apalagi dia juga jarang banget di rumah!" ujarku memprovokasi.

"Jangan gitu Ra! Mama bersyukur dan seneng Naya mau bantuain mama masak. Nanti kalau udah nikah dia udah bisa masak, jago manjain perut suami!"

Perutku terasa mulas akibat menahan tawa. Apalagi saat melihat wajah Kak Naya memberenggut.

"Jangan ketawa lo! Mau liat nih pisau bersilaturrahmi ke kepala lo?"

Tak bisa menahannya lagi, aku meyemburkan tawa keras.

"Ma, gimana Kak Naya mau nikah pacar aja nggak punya! Hahahahaha!"

"Jangan sembarangan ya! Gue udah punya pacar!" jawab Kak Naya dengan ekspresi kesalnya.

"Hedehhhh cowok kayak gitu masih mau kamu anggap pacar. Mama setiap liat pacar kamu bawaannya jadi sakit mata! Penampilan urakan, pake anting udah kayak cewek terus lidahnya di tindik lagi! Ngeri tiap liat dia ngomong tindiknya keliatan! Pengen Mama tarik tuh lidah! Risih mami liatnya!" jelas Mama.

Kak Naya melotot mendengar komentar Mama tentang pacarnya. Sementara aku tertawa hingga perutku terasa keram. Aku memang belum pernah ketemu sama pacarnya Kak Naya. Tapi dapat di pastikan kalau penampilannya sangat memukau sampai Mama bergidik ngeri saat bercerita tentang pria itu.

"Tapi dia baik Ma! Perhatian banget!" wajah Kak Naya memelas.

"Ma, jangan kasih restu. Mending Mama jodohin Kak Naya sama anak temen Mama! Hahahaha!" aku sama sekali tak takut dengan tatapan penuh ancaman yang di layangkan Kak Naya padaku. Malah aku semakin tertawa hingga terduduk di atas lantai karena kakiku tiba-tiba saja lemas terus-terusan menertawakan Kak Naya.

Tak lama kemudian masakan sudah terhidang di atas meja. Lalu bel berbunyi dari luar.

"Kayaknya Papa udah pulang. Ara bukain pintu! Mama mau ganti baju dulu!"

Aku mengangguk lalu bangkit dari kursi. Berjalan ogah-ogahan. Kenapa harus bunyi bel dulu sih? Biasanya Papa main terobos aja kalau mau masuk rumah.

Setelah sampai di depan pintu, aku langsung membukanya. Aku terkesiap saat di depan pintu Papa sudah berdiri tapi tidak sendirian.

"Loh. Mama kamu kemana?" tanya Papa seraya mengulurkan tas yang di jinjingnya padaku.

Aku menerimanya. Tatapan mataku tak lepas dari Pak Revan.
"Lagi di kamar Pa" jawabku.

Setelah mendengar jawaban dariku, Papa melenggang menuju ke arah dapur. Aku dan Pak Revan mengikuti dari belakang.

"Pak duduk dulu! Kita makan makan malam!" ucapku menyuruh Pak Revan mengambil tempat di meja makan.

Mr.Teacher Pervert [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang