06

81.2K 2.8K 137
                                    

Tolong follow dulu sebelum baca. And jangan lupa vote dan komen ya guys!! Soalnya itu berharga banget buat aku. So...... Don't be a silent reader, ok!😊

~Happy reading~

Sama seperti kebanyakan orang diluar sana yang membenci hari senin, akupun begitu. Walaupun cuaca hari ini cerah tetapi tetap saja rasanya memulai hari ini terasa berat. Mungkin dikarenakan akan bertemu pak Revan disekolah, entah kenapa menghadapi sikap pemaksanya dan wajahnya yang menyebalkan itu membuatku ingin memaki dan mencakar wajahnya kalau perlu digorok saja lehernya sampe putus biar mati aja sekalian, agar hidup ini lebih sejahtera bahagia sentosa.

Bersama dengan siswa lainnya, aku pun ikut berjalan menuju ke lapangan dan mulai membuat barisan agar upacara segera terlaksana.

Aku berdiri di barisan belakang di bawah naungan dedaunan pohon beringin yang berada tepat dibelakangku. Entah kenapa pohon ini sampai sekarang belum ditebang. Kan bagus kalo ditebang, agar penunggu pohon ini bisa pergi dan tidak mengganggu ketentraman sekolah. Jadi tidak ada lagi murid yang kesurupan. Iya kan? Ya kan? Iyain dong!

Upacara sudah dimulai, semua siswa diam dan menyimak pidato yang disampaikan pak Farhan.

Seseorang menepuk pundakku membuatku terperanjat kaget. Aku menoleh kebelakang dan menemukan Pak Revan yang sedang berdiri dibelakangku.

'Apaan lagi sih ni orang?' batinku

"Ada apa ya pak?," tanyaku disaat pak Revan hanya menatapku tanpa bersuara.

"Ikut saya!" perintahnya tak terbantahkan.

Bagaikan anak ayam yang membuntuti induknya, akupun berjalan dibelakang mengikutinya. Hingga akhirnya kami sudah berada ruang bimbingan konseling.

Hah! Ruangan ini lagi. Ada masalah hidup apasih ni orang?

Ini adalah kedua kalinya aku menginjakkan kaki di sini. Yang pertama saat aku ketahuan mengintip Pak Revan di gudang, dan sekarang aku bertanya-tanya dalam hati, untuk apa Pak Revan membawaku kesini? Rasanya aku tidak melakukan pelanggaran sedikitpun!

"Kita mau ngapain kesini pak?" aku akhirnya bertanya karena aku tak menemukan jawaban apapun di otakku walaupun aku sudah berpikir keras.

"Kamu tau kesalahanmu apa?" bukannya menjawab pertanyaanku dia malah balik bertanya.

"Emang saya buat kesalahan apa pak?" aku kembali bertanya.

"Lihat dirimu! apa cara berpakaian kamu sudah benar?" aku mulai bingung dengan Pak Revan yang berbicara berbelit-belit tidak pada intinya saja.

"Maksudnya apa Pak ?"aku menurunkan pandangan dan melihat penampilanku, tidak ada yang salah, aku memakai seragam yang benar kemeja putih rok abu-abu, kaos kaki putih dengan sepatu warna hitam, dan aku juga tidak meninggalkan atribut baik itu dasi dan topi, ku rasa semuanya sudah lengkap. Salahnya dimana? Siapapun tolong katakan padaku, apa yang ada di kepala Bapak Revano Zahair yang tercintrong ini!

Aku kembali menatap Pak Revan dengan dahi berkerut bingung, "saya rasa, cara berpakaian saya sudah benar! emang salahnya dimana pak?"

"Kamu tidak lihat seragam kamu sudah kekecilan! Bahkan rok mu saja sudah terlihat terlalu pendek," dia menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis. "Apa kamu ingin memperlihatkan seluruh lekuk tubuhmu itu kepada semua cowok-cowok disekolah ini?" cibirnya.

Aku melotot mendengar perkataan pak Revan. "Pak, ukuran baju saya masih wajar kok! Bahkan siswi lainnya juga berpakaian seperti saya! Kenapa cuma saya yang ditegur pak? Ini namanya nggak adil!".

"Tetap saja, bagi saya baju kamu itu kekecilan dan sudah tak pantas untuk dipakai!" sahut pak Revan.

Ya Tuhan! Tabahkanlah aku! Kok tiba-tiba dia berperan sebagai pacar yang posesif sih? Udah gila kali! Mama gue aja gak protes tuh liat baju gue!

Mr.Teacher Pervert [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang