49

38.7K 1.6K 54
                                    

Sudah satu minggu berlalu semenjak acara pernikahan Alex dan Celcilia. Selama ini juga aku tidak pernah bertemu Pak Revan di sekolah ataupun di rumah. Bahkan dia sama sekali tidak pernah mengabariku. Dia hilang bagaikan di telan megalodon.

"Kesel sama Bu Lyla! Lip-tint sama blush-on gue disitaaaaaaa!" Tania tak henti-hentinya mendumel dari tadi karena perkara Lip-tintnya di ambil saat razia tadi.

"Itu juga salah lo Tania, udah tau sekolah nggak ngizinin make make-up malah lo sok kecentilan sok cantik," balas Arga cuek, sementara Tania sudah kebakaran jenggot.

Ia menggeplak kepala Arga. "Iiiiiih! Jahat bener lo! Belum pernah ngerasain tytyd patah lo?"

"Lah emang bener sok kecentilan. Giliran gak ada cowok yang lewat lo bar-bar banget, mulut lo kalo ngomong ngalahin toa mesjid!" Arga kembali bersuara.

Kesal, Tania mencapit bibir Arga dengan jari-jarinya. "Lemes banget nih mulut! Kalua cemburu bilang! Gue cipok tau rasa lo! Mau cipok nggak?"

Aku dan Arga refleks menunjukkan wajah jijik.

Arga menepis tangan Tania dari bibirnya. "Nggak mau gue dicipok sama cewek sok cantik kayak lo!"

"Yaaaa emang gue cantik! Emang lo, ganteng doang tapi gak berani nembak cewek! Pengecut!" Tania tidak mau kalah.

"Lo juga pengecut! Suka sama gua nggak berani ngomong!" Arga bersidekap bersikap angkuh.

"Lo-" Tania maju hendak menjambak Arga tapi dengan sigap aku menarik Tania.

"Kalian berdua bisa nggak sehari aja jangan bertengkar? Bosan gue liatnya!" sahutku ikutan kesal.

"Kalian sama-sama pengecut! Oke?" lanjutku.

'Aku juga pengecut, nggak berani bilang ke Pak Revan kalau aku suka sama dia' suara hatiku.

Mereka diam saling lirik.

"Raaaaa~ Arga tuh jahat banget! Marahin!" rengeknya memelukku seolah aku adalah ibunya.

"Ga, ngomongnya jangan gitu sama Tania. Walaupun bener sih," ucapku sengaja menggoda Tania.

"Ra, kok gitu sih? Kalian sama aja! Nggak sayang sama gue!" ia melepaskan pelukannya. Bibirnya mayun sok imut.

"Dahlah gue ngambek!" ia memalingkan wajah.

Aku dan Arga terdiam, bingung dengan tingkah anak monyet satu ini.

Ia memutar kepala kembali menatap kami dengan wajah yang tambah kesal. "Nggak ada yang mau bujuk gue nih?" tanyanya.

"Ha?" aku menggaruk kepala heran.

"Nggak usah ngambek lo! Muka lo makin jelek kek pantat panci Emak gue!" celutuk Arga lalu menaiki motornya.

Melihat Arga sudah di atas motor, Tania pun segera beraksi. Ia juga ikut mendaratkan pantatnya di atas jok motor milik Arga.

Merasakan pergerakan di belakangnya. Arga segera menoleh. "Ngapain lo?" ia bertanya sinis.

"Anterin gue pulang!" jawab Tania melingkarkan tangannya di perut Arga.

"Heh, ngapain peluk-peluk? Lepasin!"

"Cupu banget sih! di peluk aja dah kerasukan kayak gini!" Tania mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepalanya di punggung Arga.

"Peluk sih peluk. Tangan lo nggak usah gerayangin tubuh gue deh! Emaaaaakkk anakmu di grepe-grepe sama bocil laknat!"

"Hehe," Tania nyengir lalu melepaskan tangannya. "Khilaf!"

"Pengang bahu gua aja! Nggak usah meluk!"

Mr.Teacher Pervert [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang