28

42.2K 1.8K 26
                                    

"Bapak emang nyebelin!" tukasku cemberut.

Karena tidak berhasil merebut kunci. Aku jadi pengen melampiaskan kekesalanku ini.

"Nyebelin nama belakang saya" ucap Pak Revan dengan wajah songong. Nih tangan gatel pengen nabok tuh muka.

"Tukang maksa juga nama tengah bapak!"

"Nama saya Revan Zahair. Nggak ada nama tengahnya. Cuma nama depan dan belakang!" jawaban Pak Revan buat hati makin dongkol.

"Kaciaaaann banget sih nggak punya nama tengah. Orang Tua pak Revan pasti males ngasih nama!" kataku seraya tersenyum mengejek.

"Kamu juga nggak punya nama tengah Ara! 'Arabella Pramudhita'!"

"Yang pasti Mama sama Papa saya ngasih nama dengan berpikir keras dan butuh banyak pertimbangan! Buktinya hurufnya lebih banyak yaitu delapan belas, sementara Pak Revan cuman sebelas!"

'Eh? Kok jadi bahas nama sih?' pikirku bingung.

"Pokoknya bapak jangan deket-deket! Jaga jarak minimal dua meter!"

'Pak Revan itu om-om genit ngalahin gigolo! Eh? Emang aku pernah ketemu gigolo ampe tau dia genit apa enggak?' aku tertawa dalam hati mengingat apa tadi yang terlintas di pikiranku.

"Bapak diam di situ! Jangan ngikutin saya! Saya mau nyari bala bantuan untuk melepaskanku dari istana Yang Mulia Pak Revan si om-om kurang belaian!" habis mengatakan hinaan itu aku berbalik menuju halam belakang. Pokoknya jangan berada dalam satu ruangan dengan Pak Revan. Terancam punah nih keperawanan kalo deket-deket om bujang perjaka tua!

'Emang pak Revan masih perjaka? Apa dia pernah lakuin itu? Sama Bu Friska mungkin? Bodo amat lah! Mau perjaka maupun impoten bukan urusanku!'

Aku menghentikan langkah kala menyadari seseorang mengikutiku dari belakang.

"Bapak mgapain ikutin saya?" tanyaku geram.

"Siapa yang mgikutin? Saya cuma mau ke halaman belakang!" jawabnya.

Aku nyerah dan mengalah. Biarkan saja dia yang ke halaman belakang toh ini juga rumahnya.

Mengacuhkan pak Revan, aku melangkah ke kolam. Sepertinya melihat air kolam yang tenang lebih menarik?

Aku berjongkong di pinggiran kolam seraya memandangi air yang jernih. Aku memang ingin bisa berenang, tetapi ingatan tentang saat aku kecil yang tenggelam nyaris mati membuatku jadi ngeri.

"Ara!"

Byur

Karena terkejut membuatku terperanjat dan berujung kecebur ke kolam. Aku menggerakkan kaki dan tanganku di dalam air, berharap agar aku tidak segera tenggelam. Dan juga teriak meminta pertolongan.

Payah banget! Padahal aku sedang tidak berada di tengah, tetapi entah kenapa tanganku sulit meraih pinggiran kolam? seluruh tubuh dan otakku tiba-tiba saja tidak sinkron di saat genting seperti ini.

Pak Revan yang tercengang, tersadar. Lalu melompat ke dalam kolam. Menarikku dan mengangkat tubuhku ke daratan.

Terbatuk-batuk, aku menghirup oksigen dengan rakus.

"Bapak kok diam aja sih nggak nyelamatin aku?"

"Ini udah di selamatin!"

"Tapi lama banget! Nunggu aku mati dulu? Salah Bapak nih yang bikin aku kecebur! Datang malah ngagetin orang! Trus bapak ngapain kesini? Tadinya bilang mau ke halaman belakang?" omelku panjang lebar.

"Kenapa diem pak? Kesurupan?"

"Pak Revan! Nggak kesurupan beberan kan?" aku jadi merinding kalau pak Revan tarnyata kemasukan hantu yang tinggal di rumah gede ini. Siapa tau ni rumah di tinggali kunti.

Mr.Teacher Pervert [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang