23

42.5K 1.8K 42
                                    

Alaram berbunyi nyaring mengusik tidurku. Mata masih terpejam seraya tanganku merapa tempat tidur mencari ponselku.

Aku menemukan ponsel di bawah bantal. Dengan perlahan aku membuka mata dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 04.30 di layar ponselku.

Selama hampir satu bulan ini aku memang selalu menyetel alaram di ponsel agar bangun sepagi ini dan berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Karena semenjak hari dimana pak Revan datang ke rumah untuk menjemputku. Aku sengaja selalu berangkat sangat pagi untuk menghindarinya.

Ahh! Demi menghindarinya aku malah mengorbankan waktu tidurku. Padahal biasanya mama selalu ngomel akibat aku yang susah dibangunin.

Walaupun begitu, pak Revan sama sekali tidak menyerah. Terbukti dari mama yang selalu mengatakan bahwa pak Revan tak bosan-bosannya datang ke rumah di saat aku sudah berangkat duluan. Dan aku tidak akan pernah memberi kesempatan untuknya menemuiku.

Dengan sempoyongan dan mata yang masih mengantuk, aku mengambil handuk lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Beberapa menit setelah menyelesaikan ritual mandi, aku memakai pakaian dengan rapi.
Aku melangkah ke arah jendela kaca di kamarku hendak membuka tirainya.

Aku menyibakkan tirai dan terperangah saat melihat di luar sudah terparkir mobil yang terasa familiar.

'Dasar sinting!' batinku.

Ternyata pria gila itu sama sekali tidak menyerah. Dan sekarang dia malah sudah datang sepagi ini! Matahari saja masih malu-malu untuk menunjukkan dirinya.

Berlari ke arah tempat tidur, aku meraih ponsel dan menghubungi Arga.

Beberapa kali aku mencoba, tetap saja Arga tidak mengangkat. Pasti Arga masih tidur. Dasar kebo!

Tak putus asa, aku mencoba sekali lagi menelepon Arga. Dan Arga mengangkatnya di dering terakhir kemudian marah-marah.

"Oi nyet! Ngapain lo telpon gue? Ganggu tidur gue aja lo!"

"Lo harus jemput gue!" ucapku tak peduli dengan kemarahannya.

"Hah?"

"Nanti lo jemput gue! Kita pergi sekolah bareng!" pintaku.

"Kenapa sih?" tanyanya.

"Nggak usah banyak tanya! Pokoknya lo harus jemput gue!" rengekanku membuat Arga berdecih di sana.

"Iya! Gue mau lanjut tidur dulu! Nanti gue jemput!" sahutnya.

"Eh! Jangan tidur lagi! Buruan siap-siap!" cegahku cepat sebelum dia menutup ponselnya.

"Lo nggak waras? mana ada orang ke sekolah jam segini?"

"Arga! Buruan mandi! Dan jemput gue kesini!" ucapku memaksa.

"Lo itu kenapa sih? Nggak biasanya kek gini?" tanyanya kesal.

"Nanti gue ceritain! Cepetan! Lo nggak mau kan sahabat lo yang cantik ini di culik om om genit!" sahutku cekikikan.

"Yaudah gue siap-siap! Nyusahin banget lo monyet!" ucap Arga bersungut-sungut.

Aku tersenyum lebar walaupun Arga sama sekali tidak melihatnya. Kemudian menutup panggilan.

Aku sengaja memperlambat gerakanku saat bersiap-siap. Setelah selesai aku mengambil tas dan hendak membuka pintu kamarku.

Sebelum aku membuka pintu, ponselku bergetar di dalam saku rok sekolah. Buru-buru aku mengambilnya dan tertera nama Satria di layar ponsel. Untuk apa dia meneleponku?

"apa?" tanyaku setelah panggilan tersambung.

"Dandan yang cantik, karena gue sekarang udah di depan rumah lo!" katanya di seberang sana.

Mr.Teacher Pervert [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang