Lima belas menit aku masih berdiam diri didalam mobil milik pak Revan padahal sudah sedari tadi kami sampai di depan pagar rumahku.
'Apa dia ingin menahanku agar tetap duduk di dalam mobil seharian penuh?'
"Pak, kenapa pintunya masih dikunci? Saya mau keluar pak!" pintaku sementara dia tetap tidak bergeming.
Aku menghela nafas panjang, tak tau lagi dengan tingkah guruku yang satu ini.
"Saya sedang berpikir-"
"Berpikir apa pak?" tanyaku penasaran.
"Jangan memotong ucapan saya, saya belum selesai berbicara!" protesnya sedangkan aku menyengir.
Menghela nafas jengkel, dia kembali melanjutkan."Saya berpikir, apa cowok tadi pacarmu?"
Aku menautkan alis berpikir maksud dari pertanyaannya. Jadi dia menahanku sedari tadi hanya untuk menunggunya berpikir 'apa aku dengan Satria pacaran!' Sungguh aku tidak menyangka pertanyaan itu akan terlontar dari bibirnya.
"Saya sama Satria nggak pacaran pak! Saya juga nggak tau kenapa dia selalu tiba-tiba datang dihadapan saya!" jawabku.
Eh! Kenapa aku harus jelasin ke dia?
Emang benar kan!kalau Satria memang selalu datang, entah tujuan apa!
"Apa selama ini dia mengganggumu?" matanya yang semula menggadap depan sekarang menatapku.
"Kenapa bapak bertanya seperti itu?" Apa dia selalu kepo seperti ini? Sedari tadi dia terus bertanya.
"Kulihat kau sedikit terganggu dengannya!"
Aku berdecak, Pak Revan memang sok tau. "Terganggu ataupun tidak, itu bukan urusan bapak!"
"Kalau kamu memang merasa terganggu kenapa kamu tidak menjauhinya saja! Supaya kamu nyaman!" ceramah Pak Revan. Sumpah ni orang bikin kesel. Aku jadi merasa lagi cerdas cermat ditanyai mulu.
Apa selama ini dia nggak sadar, kalau dia juga sama. Yaitu menggangguku.
"Saya juga terganggu dengan sikap bapak, membuat saya tidak nyaman!" ucapku mengeluarkan unek-unekku selama ini.
Dia mendelik kearahku membuatku salting saja. Sepertinya aku salah bicara.
"Bagian mana yang membutmu tidak nyaman?" tanyanya.
Aku mengalihkan pandangan agar mata ku tidak bertemu dengan matanya yang tajam. "Saya rasa Bapak selalu mengurusi hidup saya! Dan itu membuat saya tidak nyaman Pak! Padahal hubungan kita cuma sebatas guru dan murid," aku meliriknya sekilas lalu menundukkan kepalaku. "Jadi, saya mohon Pak, berperilakulah seperti guru pada umumnya!" jelasku panjang lebar.
Pak Revan menghembuskan nafas. Dan aku yakin dia masih tetap menatapku intens. Sementara aku semakin dalam menundukkan kepalaku.
"Ara, kalau bicara itu liat lawan bicaramu! Jangan menunduk seperti itu!" titahnya memegang bahuku kemudian memutar menghadapnya. "Angkat kepalamu Ara!" kedua tangannya menangkup wajahku dan mendongakkan kepalaku untuk menatap matanya yang tajam.
Uhhh! Rasanya kek mau meninggoy!
"Kalau aku melakukannya, apa kau akan menghindariku?" tanyanya membuatku bertanya-tanya, apa yang akan dilakukannya sehingga membuatku ingin menghindarinya? Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang dipikirkannya. Benar-benar membingungkan.
Walaupun begitu tak urung aku tetap bertanya."Melakukan apa Pak?" kulihat matanya berkilat seolah ingin menerkamku.
"Melakukan ini..." sedetik kemudian sesuatu yang dingin dan lembut menempel dibibirku. Seketika aku membelalakkan mata, tak menyangka bahwa pak Revan tiba-tiba menciumku seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...