Hari ini penampilanku lain dari biasanya wahai pemirsa. Hari ini aku memakai seragam yang kedodoran serta rok yang panjang di dibawah lutut.
Semenjak dimana pak Revan dengan kurang ajarnya memindai tubuhku, aku bertekad untuk mengubah penampilanku dengan memakai kemeja yang over zise untuk menutupi dadaku.
Aku memang memiliki ukuran dada yang lumayan besar dari kebanyakan anak remaja pada umumnya. Tania mengatakan bahwa aku harus bersyukur karena memiliki dada yang diidamkan setiap wanita. Walaupun itu sebenarnya membuatku tidak nyaman.
Sesampainya di kelas kulihat Arga dan Tania sedang berbincang. Aku mendekat mengampiri keduanya.
"Pagi Tania!," sapaku dengan tersenyum lebar.
Mereka berdua menatapku dengan dahi berkerut bingung, kemudian arga bersuara mengejek. "Lo siapa ya? lo kayak teman sekelas kita namanya Ara!" ucapnya pura-pura tidak mengenalku.
Arga kembali men-scan penampilanku dari atas sampai bawah hingga aku mencubit perutnya agar dia menghentikan tindakan konyol-nya itu.
"Adu-duh-aduh iya iya ampun!" Arga mengaduh kesakitan disaat aku memperkuat cubitanku.
"Wow! Penampilan lo hari ini berbeda banget!" ujar Tania berdecak kagum, entah kagum beneran atau tidak.
"Iya, lo keliatan cupu banget! Walaupun lo masih terlihat manis sih!" sahut Arga menimpali. "Tapi gue lebih suka lo yang biasanya, soalnya keliatan sexy!" lanjutannya sambil menaik turunkan alisnya.
'Dasar mesum'
"Lo mesum banget sih! Heran deh!" Tania menggelengkan kepala prihatin dengan tingkat kemesuman Arga yang luar biasa. Liat yang montok sedikit saja sudah horny.
"Bener banget, dasar sange!" aku ikut menimpali membenarkan perkataan Tania.
"Namanya juga cowok! Kalo nggak sange mana mungkin manusia nengasilkan keturunan!" ucap Arga membela diri.
"Tapi ngak gitu juga kali! Lo sange setiap menit, liat kaki cewek aja lo dah sange. Dikit dikit sange! Emang otak lo harus di laundry dulu biar nggak berpikiran kotor melulu!"
Arga mendengus mendengar parkataan Tania yang menyudutkannya.
"Gue nggak gitu-gitu amat kali! Nggak semua cewek yang bisa buat gue nafsu, cuma cewek-cewek sexy dan bahenol saja!" sanggah Arga karena tidak suka dikatain oleh Tania.
Disaat kedua orang ini berdebat aku malah diam tak tau harus mengatakan apa.
"Terserah!" ucap Tania akhirnya agar perdebatan yang tidak penting ini selesai.
Dengan langkah pelan aku menuju kursiku dan meletakkan tas diatas meja. Kemudian memutar tubuhku agar menghadap Tania."Tania, kita nggak ada tugas matematika kan hari ini?" tanyaku.
"Nggak ada kok, lo tenang aja! lo takut dihukum lagi sama Pak Revan ya?"ejeknya sambil menoel-noel pipiku
"Gue udah kapok dihukum sama pak Revan!" ucapku kesal mengingat disaat Pak Revan dengan teganya memberikan hukuman berat untukku. Walaupun aku sama sekali tidak melalukannya, sebagai gantinya aku malah melihat adegan tak senonoh di gudang sekolah yang mengakibatkan aku harus berurusan dengan guru menyebalkan satu itu.
"Hahaha! Kasian banget sih lo Ra!" gelak tawa Tania terdengar keras dengan kedua tangan yang memegangi perutnya. Menertawakan kesialanku. Emang benar-benar sahabat lucknut.
"Eh, menurut gue pak Revan kelewatan banget nggak sih ngasih hukuman buat lo? Padahal biasanya murid yang nggak ngerjain tugas hukumannya paling cuma berdiri dilapangan. Lo malah disuruh buat bersihin semua toilet sekolah. Aneh banget nggak sih?" tanya Tania setelah menghentikan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...