Dua bibir kami masih berpagutan mengejar lidah satu sama lain. Merasakan oksigen dalam paru-paru yang mulai menipis, Pak Revan menarik wajahnya menjauh. Nafas kami yang memburu bersahutan.
Jari-jemarinya mengelus leherku, turun ke dadaku yang naik turun mengisi pasokan udara, semakin jauh hingga ke perutku, dan kini meraba pahaku dari balik rok.
Dua jarinya bergerak semakin dalam, menelusuri paha bagian dalam. Tepat setelah berada di kemaluanku ia menghentikan jarinya di sana, menyentuhnya dengan masih tertutup sehelai kain tipis. Aku refleks menutup kedua kakiku. Tetapi tangannya yang kuat berhasil memaksanya kembali terbuka.
"Ja-jangan!" seharusnya aku menendangnya menyingkir dari sini, tapi yang terjadi malah tubuhku lemas kehilangan energi.
Ketenangan dan raut wajahnya yang kalem membuatku frustasi. Ini benar-benar gila. Situasi saat ini sama sekali tidak wajar.
"Di sini basah," ujarnya sembari menggerakkan jarinya naik turun menggoda tubuh bagian bawahku.
Mendengar perkataannya, seketika pipiku panas. Malu akan reaksi tubuhku sendiri yang tidak terkontrol.
Bohong kalau aku mengatakan tidak menikmatinya! Bibirku mendesis nikmat kala jari Pak Revan masih terus saja memberikan sensasi yang belum pernah ku rasakan. Tapi harus ku ingat! Saat ini ada sesuatu yang berbahaya menanti dihadapanku.
"Ahhh... haaahh!" erangan nikmat itu meluncur dari mulutku kala Pak Revan menyibak celana dalamku ke samping dan menyentuh lipatan milikku tanpa penghalang.
Ia berikan cubitan pelan di segumpal daging di kemaluanku yang menyempul dan menegang.
"Ahh Pak!" aku merasa frustasi seolah tubuhku meminta lebih.
Ia tertawa kecil melihat reaksiku dan wajah lemah yang ku perlihatkan padanya. Jarinya membuka bibir kemaluanku seraya sebelah tangannya menahan kakiku agar tetap terbuka untuknya.
Tanpa aba-aba Pak Revan malah memasukkan satu jarinya ke dalamku membuatku menjerit tertahan sekaligus kaget.
Ukuran jari-jarinya membuatku mengernyit sakit karena baru pertama kali ada sesuatu yang memasuki bagian bawahku.
"Gimana rasanya?" Pak Revan bertanya sembari mulai menggerakkan jarinya keluar masuk dengan ritme pelan.
"Rasanya aneh dan sedikit perih!" jawabku jujur.
Ibu jarinya menekan gumpalan daging di antara kewanitaanku, jarinya tak berhenti bergerak memasukiku.
Setelah lubangku menyesuaikan ukuran jarinya. Ia menambahkan satu jari lagi dan menggerakkan jarinya semakin cepat menusuk-nusuk di bawah sana.
Desahan demi desahan lolos mengisi ruangan sunyi. Pak Revan melumat bibirku, meredam suara-suara dari mulutku.
Jarinya terus menerobos, mengobrak-abrik di dalam. Tanganku meremas lengannya menyalurkan rasa nikmat yang kurasakan. Aku mengerang merasakan akan ada sesuatu yang keluar.
"Akhhh berhenti! Pak ku mohon berhenti! uhh ahhhh!" aku berusaha bersuara setelah ia melepaskan tautan bibir kami.
"Berhenti? Kenapa?" ia menunjukkan wajah pura-pura polos membuatku nyaris gila.
"Kayak ada yang mau keluar! Ka-kayaknya aku akan buang air! Izinkan aku ke toilet! Aaakhhhh!" aku terus berucap di tengah-tengah hujamannya. Aku benar-benar frustasi menahan sesuatu yang sama sekali tidak ku ketahui itu apa.
Bunyi becek akibat pergesekan jarinya dan dinding kemaluanku membuatku semakin tak tahan. Kakiku bergerak gelisah seperti cacing kepanasan.
Gerakan jarinya semakin cepat dan liar seolah ingin mengoyak tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...