Hay tayo hay tayo!
Maaf ya dah lama nggak update. Pada nungguin nggak?Baru selesai dibuat. Kalau ketemu typo dan kalimat rancu, maklumin aja ya😅
~Happy reading~
Aku berjalan menuruni tangga. Dari tempatku berdiri aku dapat mencium aroma masakan. Melangkah ke dapur, aku menemukan istriku sedang berkutat di depan kompor.
Perlahan aku mendekat, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun.
"Kyaa!"
Ara memekik kala aku memeluknya dari belakang. Aku membenamkan wajahku di ceruk lehernya menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang harum. Tentu saja perbuatanku ini tidak akan ada yang mengganggu, karena setelah menikah, lebih tepatnya pulang dari hotel kami langsung pindah ke rumah baru yang aku beli sebulan sebelum menikahi Ara.
"Bikin kaget aja!" ucapnya mengelus dada.
"Humm pagi-pagi udah wangi aja istriku," aku terus mengendus-ngendus leher lalu menuju rambutnya. Nampak ia menggeliat gelisah tapi tak protes. Melihat reaksinya yang menggemaskan membuat sesuatu dalam diriku bangkit. Tanganku merambat semakin ke atas meremas buah dadanya.
"Mmmh" ia menggigit bibir bawahnya ketika aku memperkuat remasanku di payudaranya.
"Ma-mas aku lagi masak," cicitnya tapi tak berusaha menyingkirkan tanganku.
Aku semakin menghimpitnya, tubuh kami benar-benar melekat erat. Aku membuka dua kancing teratas bajunya, menyelinapkan telapak tanganku ke dalam, meraba kulit payudara yang lembut.
Kegitaanku terinterupsi kala mendengar ponsel milik Ara berdering. Tak peduli aku kembali melanjutkan.
"Bentar ada yang nelpon,"
"Biarin aja," bisikku terus meremas dadanya, kini ibu jari dan telunjukku memilin putingnya di dalam bra-nya.
"Ash ah, berhenti dulu!" ucapnya melepas paksa tanganku, ia mengambil ponselnya yang terletak di meja makan.
"Ada apa Bunda?" tanyanya ramah.
Aku beesandar di konter memerhatikan istriku yang sedang berbicara dengan ibuku.
Ia terlihat canggung, sesekali melirikku.
Tak lama ia mendekat, menyerahkan pinselnya padaku.
"Bunda mau ngomong sama kamu," ujarnya.
Aku menerima ponsel itu lalu menempelkannya ke telinga. "Iya Bunda?"
"Evan! Kamu sama istrimu kapan datang ke rumah Bunda? Udah lama kalian nggak datang! Bunda kangen," seru Bunda tepat detik setelah aku bersuara.
"Bunda, baru aja dua hari kami tinggal di sini," jawabku jengah. Apanya yang sudah lama?
"Dua hari itu lebih dari satu, berarti udah lama! Kalian datanglah nemenin Bunda! Ayah kamu pergi ke luar kota, Bunda jadi sendirian," terdengar suaranya dibuat-buat sedih.
"Iya, Evan sama Ara nanti datang," balasku. Terdengar dari seberang Bunda tertawa.
"Nah gitu dong! Baru juga nikah udah males aja jengukin Bunda. Durhaka kamu!" ucapannya tidaklah serius, beliau hanya bercanda.
"bunda tutup dulu, jangan sampai lupa! Awas kalau nggak jadi datang!" ancamnya lalu menutup panggilan.
* * *
Malam hari sepulang kerja aku langsung menjemput istriku dan pergi ke rumah Bunda.
Sesampainya, tepat setelah aku memarkirkan mobil, Bunda sudah muncul menyambut kami dengan tersenyum lebar. Dia langsung menghampiri kami dan memeluk istriku dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...