Kejadian tadi pagi masih berputar di otakku seperti kaset rusak. Bahkan perkataan pak Revan masih terngiang-ngiang.
"Ara, saya mencintaimu!"
Huh! Mengingat itu membuatku malu saja.
"Ra! Liat!" aku tersentak keget ketika Tania menggoyangkan bahuku seraya menunjuk ke arah lapangan dimana anak club basket sedang latihan.
"Apasih?" dumelku.
"Pacar gue ganteng deh kalo keringetan gitu!" ucapnya cekikikan.
Aku melihat ke arah Dava yang sedang mendrible bola yang dihadang oleh Arga dan di ikuti oleh anak lainnya untuk mencegah Dava memasukkan bola ke dalam ring.
"Jadi selama ini dia nggak ganteng?" tanyaku menggoda.
Tania menoyor kepalaku, bukan merasa sakit aku malah tertawa karena berhasil membuat Tania kesal.
"Pacar gue emang ganteng ya! Awas aja kalo lo berani rebut!" jawabnya bercanda.
"Eh, gue ke sana dulu ya!" ucap Tania kemudian mengambil botol minum dari dalam tas yang sudah sedari tadi disiapkannya untuk sang pacar tercinta, lalu melangkah dengan riang menghampiri Dava yang sedang berbicara dengan teman-temanya.
"Sendirian aja neng?" aku menoleh ketika tiba-tiba saja Satria datang tanpa aku sadari. Dia tersenyum jenaka ke arahku. Apa dia hantu? Sering datang tiba-tiba, bahkan aku sama sekali tak mendengar suara langkah kakinya.
Tanpa meminta izin, dia malah duduk di sampingku dengan jarak yang begitu dekat, dengan kedua lengan kami yang saling bersentuhan. Aku bergeser ke samping menciptakan jarak tetapi dia malah ikut bergeser membuat tubuh kami kembali menempel. Aku bergeser lagi dan dia juga melakukan hal yang sama. Lelah, akhirnya aku diam membiarkannya berbuat semaunya.
"Neng! Abang yang ganteng ini di cuekin nih?" tanyanya menggodaku.
"Apaansih!" ketusku, tetapi dia malah terkekeh.
"Jangan jutek gitu dong! Entar abang naksir gimana?"
"Bukan urusan gue!"
Dia malah tertawa seolah yang aku katakan lucu. Gila kan?
"Ihh udah gila lu?" aku berpura-pura ngeri melihatnya.
"Iyanih, tanggung jawab lu udah buat gue gila!" jawabnya seraya mengedipkan mata sok ganteng.
"Beneran gila ternyata!" ucapku.
Hening sejenak, tiba-tiba saja mahkluk di sampingku bersuara.
"Ra! Jadian yuk!" aku mengernyit mendengar perkataan anehnya itu.
"Lo mau jadiin gue salah satu koleksi lo?" tanyaku sinis. "Pacar-pacar lo di kemanain?"
"Pacar yang mana? Aku ini jomlo!" katanya berpura-pura bodoh atau emang bodoh beneran?
Merasa berdebat dengannya adalah hal yang sia-sia. Aku diam mengalihkan pandangan ke arah lapangan dimana Arga, Dava, dan Tania berada.
Melihatku bungkam, Satri menghela nafas kemudian berkata, "lu mau jadian ama gue kalau gue mutusin semua pacar gue?"
"Hah?" aku menautkan alis bingung. "Maksud lu apaansih?"
"Ok, gue bakalan putusin mereka sekarang!" Satria mengambil ponsel dari saku celana.
"Lo jangan gila! Lo nggak bisa seenaknya mutusin mereka! Lo nggak mikirin perasaan mereka gimana?" ucapku berusaha merebut ponsel di tangan Satria.
Tetapi Satria malah menghindar dengan mengangkat tinggi ponselnya membuatku kesulitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...