Aku berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah. Entah kenapa aku jadi gugup. Padahal kemarin aku sangat bersemangat untuk menguak semua tindakan busuk bin bejat pak Revan.
Menarik nafas panjang, aku mengetuk pintu itu dengan gerakan perlahan.
'Siapa yang tau kalau belum dicoba' batinku mencoba menyemangati diriku sendiri.
Setelah mengetuk pintu, terdengar suara pak kepala sekolah menginterupsi. Menyuruhku untuk masuk.
"Permisi pak" ucapku dengan tersenyum aneh.
"Ada urusan apa kamu kesini?" tanya pak Aditomo sang Kepala sekolah. Suaranya terdengar lembut, tapi entah kenapa aku malah semakin gugup.
"Ah itu pak, saya ke sini mau ngasih tau sesuatu" jawabku kikuk.
"Silahkan duduk dulu nak!" titah pak Aditomo menunjuk sofa panjang, sementara dia duduk di sofa single seraya menatapku dengan wajah bingung.
"Apa yang ingin kamu katakan?" tanyanya setelah aku duduk.
"Saya mau mengatakan kalau
Pak Revan pak Revan sering mengganggu saya pak!" kataku spontan karena geram ingin segera mengeluarkan pak Revan dari sekolah ini.Dahi pak Aditomo berkerut. Aku jadi malu sendiri dengan reaksiku yang berlebihan.
"Mengganggu? Mengganggu seperti apa maksudmu?" tanya pak Aditomo.
"Ekhmm!" berdehem sebentar lantas aku menjelaskan tentang tindakan kurang ajar pak Revan padaku.
"Jadi gini pak, saya merasa terganggu dengan sikap pak Revan yang selalu mencampuri urusan saya pak. Dia juga sering ganguin saya di luar sekolah pak!"
"Dan..." lidahku terasa kelu untuk berbicara, ditambah dengan ekspresi pak Aditomo yang terlihat sangat serius membuatku ragu untuk berbicara.
"Da-dan pak Revan juga pernah ngelecehin saya pak!" ucapku dengan suara pelan seraya menunduk.
Suasana terasa hening. Lama aku menunggu pak Aditomo untuk mengucapkan sesuatu, tetapi nihil.
Lantaran penasaran, aku sedikit mengangkat kepalaku untuk melihat reaksinya seperti apa. Dan tetap saja, wajah datar itu yang beliau tunjukkan.
"Apa yang sudah pak Revan lakukan padamu?" pertanyaan itu malah yang dilontarkan pak Aditomo setelah lama dia berpikir.
"Saya... dia... Anu... " kataku sembari mata yang terus bergerak kesana kemari karena bingung harus menjawab apa.
"Pak Revan sering berbicara hal-hal aneh pada saya pak. Lalu, dia juga pernah..." mencium saya pak! Lanjutku dalam hati. Rasanya sangat memalukan membicarakan masalah ini.
"Apa kamu punya bukti?" pak Aditomo kembali mengutarakan pertanyaan.
"Punya pak!" jawabku. Lantas mengambil ponsel dari saku rok-ku, membuka vidio yang kemarin, dan menyerahkan kepada pak Aditomo.
Pak Aditomo menerimanya, kemudian dia melihat dan menyaksikan sesuatu yang terekam di vidio itu. Sesekali keningnya berkerut dan tatapan matanya terlihat sangat serius.
Aku menunggu, hingga pak Aditomo kembali menyodorkan ponsel itu ke arahku.
"Jadi gimana pak?" pertanyaanku terdengar sangat konyol.
Pak Aditomo kembali terdiam. Kamudian menghela nafas panjang.
"Bu Siska!" panggil pak Aditomo.
Bu Siska yang sedang duduk di sudut ruangan sambil berkutat di depan tumpukan kertas menoleh. Dia kemudian berdiri dan menghampiri kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...