Revan pov
Aku menumpukan kedua tanganku di dinding, membiarkan air segar membasahi tubuhku. Tetes demi tetesan air shower menghujami kepala dan punggungku, mengalir, menyapu kulitku, hingga rasa lelah saat acara resepsi tadi ikut terbawa oleh air.
Dadaku sesak terlalu bahagia, karena gadisku sekarang sudah menjadi milikku seutuhnya. Meyakinkan orang tuanya untuk menikahi putri mereka sangat mudah untukku, tapi mengayinkan gadisku itu sangatlah sulit. Berulang kali dia menolak saat aku mengatakan ingin menikahinya. Dia bahkan marah-marah padaku karena tak memikirkannya yang masih sekolah. Iya, itu memang salahku, mengajaknya menikah padahal dia belum lulus. Tapi setelah melalui banyak rintangan, aku melamarnya tepat di acara kelulusannya, dan akhirnya berhasil menikahinya.
Aku mengambil handuk melilitkannya di pinggangku. Segera keluar dari kamar mandi.
Aku melihatnya berdiri memunggungiku, tangannya kebelakang bergerak membuka resleting gaun di punggungnya.
"Ish! Kok susah sih?" gerutunya mencak-mencak. Ia sama sekali belum menyadari kehadiranku.
Aku berjalan sangat pelan tak mau menimbulkan suara. Lalu aku menyentuh bahunya.
Ia berjingkat kaget, lalu menoleh, melihatku dari balik pundaknya. "Mas udah selesai?" ia bertanya.
"Aku bantu ya?" ucapku menarik resleting gaunnya ke bawah hingga memperlihatkan punggungnya yang mulus.
Aku meraba kulit punggungnya yang hangat, aku menunduk mendekatkan hidungku di sana ingin menciumnya, tapi ia malah menghindar.
"A-aku mandi dulu," tuturnya menunduk. Dapat kulihat pipinya yang memerah.
Sebelum pergi ia melirikku. "Jangan menatapku seperti itu! Kau terlihat seperti punya niat buruk padaku!" lalu ia melangkah cepat masuk ke dalam kamar mandi, sementara aku tercengang dengan ucapannya. Punya niat buruk? Dia sekarang istriku!
Aku membuka paperbag yang terletak di atas meja karena aku tadi menyuruh Nuan untuk menyiapkan baju untukku dan Ara selama menginap di hotel.
Aku memakai kaus hitam polos dan celana pendek. Mengambil remote dan meyalakan TV.
Aku duduk di sofa depan TV, padahal aku sama sekali tidak fokus menontonnya, karena otakku sedang memikirkan apa yang akan aku lakukan malam ini. Acara tadi memang melelahkan, di tambah acara makan malam keluarga untuk menyambut kedatangan Ara di keluarga kami, tapi aku masih menyiapkan sedikit energi untuk malam ini.
Sudah hampir satu jam aku menunggu Ara belum keluar juga. Apa yang dia lalukan di dalam sana hingga selama ini?
Mataku hampir terpejam, tetapi suara pintu yang terbuka membuatku otomatis menoleh.
Mataku yang mengantuk langsung melotot melihat pemandangan di hadapanku. Ara keluar hanya dengan memakai bathrobe hotel. Rambutnya sudah agak kering karena terlalu lama bersembunyi di dalam sana.
Dengan malu-malu ia berucap, "ma-mau ngambil baju, kelupaan tadi."
Ia berjalan seperti dikejar hantu, meraih paperbag dan hendak membawanya.
Segera aku menghadangnya. "Mau kemana?" tanyaku, tak rela jika pemandangan indah ini segera berakhir.
"Mau ganti baju."
"Ganti di sini saja!" titahku.
Ia cemberut, "kamu kenapa sih? Aku malu!" kesalnya. Lalu ia berjalan menuju ranjang dan berbaring di sana, tak lupa ia menutup semua badannya dengan selimut.
Aku terkekeh menghampirinya, duduk di tepi ranjang mengelus kakinya dari atas selimut.
"Kamu lapar nggak? Mau aku pesen sesuatu?" tanyaku membujuknya agar mau melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Ficção AdolescenteArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...