"Ada yang liat Tania nggak?" tanyaku pada segerombolan cewek-cewek yang sedang menggibah.
Aku melihat tas milik Tania sudah berada di atas mejanya menandakan kalau dia sudah datang ke sekolah, tetapi aku tidak mengetahui dimana dia sekarang. Aku mencarinya tentu ada keperluan yang sangat penting. Ini menyangkut urusan hidup dan mati. Penasaran apa? Yup! Aku belum mengerjakan Pr Fisika dan aku butuh contekan dari Tania si pringkat ke tiga di kelas.
"Nggak tau, coba deh tanya ama Ema! Tadi dia yang bareng Tania!" usul Risma.
Setelah itu, aku menghampiri Ema yang sedang duduk di kursinya.
"Ema Tania kemana? Tadi lo bareng dia kan?"
"Tadi dia ke UKS. Sakit kepala katanya" jawab Ema.
Tak lupa mengucapkan terima kasih, aku langsung menuju UKS.
Sesampainya, aku melihat Tania sedang menangis di pelukan Arga. Sementara Arga menenangkan Tania dengan mengelus punggungnya.
Aku mendekati mereka. Dalam hati aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?
"Woy Arga! Lo apain Tania ampe dia nangis?" tuduhku karena emang biasanya Arga yang suka jahil kadang-kadang sampai membuat Tania ngambek.
"Bukan gua nyet! Coba lo tanya ke Dava, apa yang dia udah lakuin ampe buat sahabat lo ini gegana!" sewot Arga.
"Dava?" ulangku menyebut nama pacar Tania. "Lo diapain ama pacar lo?" tanyaku beralih menatap Tania.
"Raaaa!" rengeknya melepaskan pelukannya pada Arga lalu beralih memelukku.
"Lo kenapa sedih gini? Kasih tau gue!"
"Dava Raa! Dava selingkuh! Huaaaaaa!" tangisnya makin kencang mengalahkan Toa mesjid.
"Kemarin aku nggak sengaja liat dia jalan ama cewek. Terus tadi aku ke kelasnya nanyak siapa cewek itu hiks"
"Lalu?" tanyaku penasaran.
"Sambil minta maaf, dia ngaku kalau dia selingkuh! Huwaaaaaaa Dava tega beget!"
Aku mengeratkan dekapanku. menenangkan Tania yang bersedih.
"Mau gue hajar dia buat lo?" sahut Arga.
"JANGAN DONG! GUE MASIH SAYANG!" teriak Tania histeris sampai aku mengusap telinga berharap aku tidak tuli.
"Sssssttt! Tania!" aku menangkup kedua pipi sahabatku itu. Tersenyum padanya menyalurkan kekuatan.
"Gue tau dan gue paham kalau lo masih sayang dan cinta sama Dava. Tapi kalau dia cuma bisa nyakitin elo, mending lepasin dia jangan ngarepin cowok kayak dia yang nggak bisa setia ama lo! Ini buat kebaikan diri lo sendiri. Jangan biarkan hati lo di sakitin ama dia lagi. Hati lo milik lo. Kebahagiaan lo tanggung jawab lo! "
'Eaaaa!'
Aku menarik kedua pipinya hingga bibirnya ikut melengkung ke atas. "Mana Tania kami yang selalu ceria, yang suka marah-marah, ngambekan, ngeselin kayak Arga? Ayo senyum dong! Lo pernah bilang kalau lo cewek paling cantik! tapi nggak secantik gue!" aku terkekeh mendengar ucapanku sendiri.
"Tunjukkin kalau lo itu kuat! Buat dia nyesel udah nyia- nyiain elo! Tunjukkan pesona lo buat para cogan! Siapa tau salah satu dari mereka kesurupan ampe mau ama lo!" tuturku panjang lebar.
Ku lihat Tania sudah menghentikan tangisnya menjadi sesugukan. Dia ikut tersenyum kemudian mengangguk.
"Huumm lo bener! Tapi aku nggak ngeselin kayak Arga! Dan asal lo tau ya! Gue lebih cantik dari elo!" dumelnya dengan raut wajah sebal lalu tertawa. Tubuhnya kembali menghambur memelukku lagi.
Tawanya menular padaku. Aku senang Tania kembali ceria. Kembali semangat. Tapi masih ada satu masalah lagi yang harus ku selesaikan.
'PR FISIKA BELUM SELESAI'
* * *
"Mau gue anterin pulang?" Aku dan Tania barengan menatap Arga tak tau siapa yang sebenarnya yang dia ajak bicara.
"Siapa? Gue?" Tania menunjuk mukanya.
"Bukan lo!"
"Terus Ama siapa? Ama mbak kunti?" tanya Tania juga ikutan kesel sama seperti Arga.
Arga menghela nafas, mencoba bersabar.
"Ra mau gue anterin pulang? Biarin si upil kucing di tinggal!" Arga melirik Tania sinis. Heran deh, dua orang ini kalau nggak ngerusuh pasti berantem kapan kalemnya coba?
"Masa kalian ninggalin gue sendirian sih? Kalian tegaaaaa!" Tania menghentakkan kakinya dengan raut wajah cemberut.
"Lah, biasanya juga lo yang ninggalin kita! Pulang ama pacar lo!" jawab Arga.
"Arga!" ucapku berbisik mengingatkan Arga kalau sahabat kami yang cerewet itu sudah jomlo.
"Ups lupa, lo sekarang jomlo! HAHAHAHAHAHAHAHA!" gelak tawa Arga yang keras membuat Tania semakin memajukan bibirnya kesal.
Aku menggeleng melihat tingkah Arga.
"Tania!"
Refleks kami bertiga menoleh ke arah sumber suara. Dan menemukan Dava yang berjalan menghampiri kami.
"Tania, kumohom maafin gue! Gue bisa jelasin!" ucapnya berusaha menggenggam tangan Tania tapi Tania menolak.
"Jelasin apa? Bukannya lo sendiri yang bilang kalau lo selingkuh?"
"Maaf. Tapi gue sama sekali nggak ada niatan buat selingkuhin lo! Gue cuma-"
"Cukup!" Tania menatap Dava emosi. "Apapun alesannya, yang lo lakuin itu salah! Selingkuh ya selingkuh aja! Nggak usah banyak bacot!" lanjutn Tania wajahnya terlihat muak.
"Ga, anterin gue pulang!" pinta Tania pada Arga yang juga sedang menatap berang ke arah Dava.
Aku mengangguk, menyuruh Arga untuk segera membawa Tania pergi.
Tanpa bersuara Arga menyalakan motornya. Tania menaiki motor milik Arga, kemudian motor itu melaju meninggalkan aku dan Dava yang saling diam.
"Ra, bantuin gue buat-"
"Dava, janga minta bantuan sama gue. Karna gue nggak bakalan biarin sahabat gue ama cowok yang nggak bener-bener sayang ama dia!" jelasku.
Usai mengatakan itu, aku melangkah melewati Dava yang diam termenung.
Belum jauh aku melangkah seseorang menarik tasku. Ku pikir dia adalah Dava, tapi setelah berbalik yang ku temukan adalah Satria nyengir lebar.
'Huuuhhh kapan hidupku bisa tenang?'
"Apa?" tanyaku.
"Gue adalah cowok yang baik hati, yang nggak bakalan sanggup liat cewek pulang sendirian. Makanya gue mau ngajal lo pulang bareng gue! Ayok gue anterin!" dia menarik tanganku mengikutinya.
Aku berhenti, dan Satria juga ikut berhenti. Lalu ia berbalik menoleh ke arahku.
"Emang gue udah jawab iya?" tanyaku.
"Belum sih hehe!" Satria terkekeh tangannya menggaruk tengguknya.
"Trus kenapa main tarik aja?" tanyaku lagi.
"Ya mau aja! Jangan nolak dong! Masa orang berbuat baik di tolak?" jawabnya lanjut menarik tanganku.
Aku menghembuskan nafas panjang. Mengikuti Satria menuju motornya. Lumayan, itung-itung hemat.
* * *
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Teacher Pervert [Completed]
Teen FictionArabella Pramudhita yang sudah kelas dua belas yang dimana tahun depan dia akan lulus dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi malah berurusan dengan guru matematika baru disekolahnya. Kehidupan nyaman Arabella harus berakhir setelah...