10

78 5 0
                                    

Akhirnya hari itu pun tiba, hari dimana Luna harus berangkat ke Singapore. Setelah perdebatan yang cukup panjang antara dia dan Damian, pada akhirnya Damian pun mengizinkan Luna untuk pergi. Luna sebenarnya bingung apa yang akhirnya membuat Damin berubah pikiran. Setelah dia mencari tahu ternyata faktor utamanya adalah Keenan.

Keenan yang pada hari itu menyaksikan kedua orang tuanya berbeda pendapat – itu istilah yang selalu digunakan Luna apabila dia sedang berantem dengan Damian—mencoba untuk berbicara kepada ayahnya. Pada awalnya, Damian tetap pada pendiriannya dan tidak mempedulikan apa yang Keenan sampaikan.

Tapi Keenan tidak menyerah; ia tetap mencoba. Sampai pada akhirnya dia melihat kedua orang tuanya sudah berpelukan di hari terakhir sebelum Luna berangkat ke Singapore. Keenan tersenyum senang dan melompat-lompat kegirangan dikamar. Rencananya sukses besar, pikirnya.

Keenan tidak mau menjadi penghalang kedua orang tuanya untuk bekerja. Dia bukan anak kecil lagi, dia sudah ikut kelas Karate dan menurutnya dia sudah cukup besar. Tapi tentu saja Luna hanya tertawa apabila Keenan sudah merajuk kepada kedua orang tuanya. Dia masih si anak lelaki kecil kesayangan.

Luna yang sudah siap untuk pergi ke bandara memutuskan untuk masuk ke kamar Keenan terlebih dahulu. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan merapikan rambut Keenan yang berantakan. Ia memberikan kecupan singkat di kening anaknya dan ternyata itu membuat Keenan membuka matanya sedikit

"Mom"

"Hey... Mommy berangkat ya sayang"

"Iya Mom... Hati-hati ya"

"I will sayang" Luna memberikan pelukan kepada Keenan sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar itu

Pak Rusdi sudah siap dibawah membawakan koper Luna ke dalam mobil; Luna tersenyum dan mengcuapkan terima kasih kepada Bi Minah setelah selesai menitipkan pesan untuk keperluan Damian dan Keenan.

Luna menghela nafasnya dan melihat jam di-dinding sudah pukul 4 pagi. Dia harus berangkat sekarang juga

"Pak, biar saya aja yang antar"

Luna menengok ke belakang melihat Damian yang sudah memakai Hoodie abu-abunya. Damian mengambil kunci mobil dari Pak Rusdi dan segera duduk di bangku kemudi. Luna tersenyum kecil sebelum akhirnya pamit kepada Pak Rusdi dan Bi Minah.

Luna duduk disebelah Damian dan melihat suaminya "Kamu ga ngantuk Mas ?"

"Engga"

"Kamu pagi ini ada meeting kan ?"

Damian yang sedang fokus menyetir hanya tersenyum. Ia meraih tangan Luna dan menggenggamnya dengan erat, ia mencium punggung tangan Luna "It's my duty to take care of you, right wife?" gumamnya

"Right husband" Luna tersenyum sambil menikmati perjalanannya

.             .              .

Setiba-nya Luna di Singapore, hal pertama yang Luna lakukan ketika sudah selesai berkemas di kamar hotelnya adalah langsung menuju ke venue acara. Untungnya, acara tersebut diselenggarakan di hotel yang sama dengan tempat dia menginap. Jadi dia hanya perlu turun ke lantai dimana acara kantornya akan dilaksanakan.

 Jadi dia hanya perlu turun ke lantai dimana acara kantornya akan dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fallin' All in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang